Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Check-in Hotel "Sat-set" Tanpa Drama

15 Juni 2023   14:30 Diperbarui: 15 Juni 2023   14:46 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pexels.com/Kateryna Naidenko

"Tadi saya ngecek di aplikasi harganya beda, lebih murah kok?"

Kalimat tersebut terlontar dari mulut seorang wanita paruh baya kepada resepsionis hotel. Saya yang berada di belakangnya hanya bisa menyaksikan sembari menunggu giliran saya untuk check-in.

"Silakan dicek lagi Bu di aplikasi, barangkali masih tersedia," ucap resepsionis dengan ramah.

"Habis Mbak, kalau saya pakai harga Mbak kan lebih mahal jatuhnya," ujar tamu tersebut.

Intinya tamu tersebut bermaksud memesan kamar di hotel tersebut untuk malam itu juga, tetapi keberatan dengan harga on the spot yang disebutkan resepsionis. Ia justru berdalih harga di aplikasi online travel agent (OTA) lebih murah, tetapi sudah tak tersedia lagi.

Saya menengok ke petugas resepsionis lainnya, juga tengah sibuk melayani tamu. Akhirnya saya pun tetap antre di belakang wanita tersebut walau rasanya badan sudah terlalu lelah dan ingin segera rebahan.

Memang pemesanan kamar hotel via online bisa lebih murah karena biasanya harga dipatok lebih kompetitif dan sebagai salah satu strategi pemasaran terkadang ada promo yang tersedia. Tapi tentu saja tiap penyedia jasa OTA seperti Tiket.com, Traveloka, Agoda, Booking dan lain sebagainya memiliki keterbatasan kuota penjualan, tergantung kerja sama dengan pihak hotel.

Sehingga jika memang di aplikasi tertera keterangan habis, ya memang demikian adanya. Adapun kemungkinan masih ada sisa kamar yang dijual langsung pihak hotel saat on the spot melalui resepsionis. Tentu saja harganya bisa berbeda dengan yang ditawarkan pihak OTA.

Kejadian seperti itu seharusnya bisa dihindari sejak dini. Jika kita memang berniat memesan kamar hotel, melakukan booking secara online sebenarnya sangat memudahkan sepanjang ketersediaan kamar masih ada. 

Jika memang dadakan dan terpaksa harus on the spot, tidak perlu juga membuat "drama" dengan membanding-bandingkan harga segala. Ingat, ketika kita datang ke resepsionis hotel dan terlalu banyak hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, bisa jadi kita mengganggu kenyamanan dan kepentingan orang lain. 

Agar check-in tak muncul "drama"

Dengan segala kemudahan memesan kamar hotel, seharusnya proses check-in tidak perlu terlalu menyita waktu dan banyak "drama". Berdasarkan pengalaman saya yang lebih sering melakukan pemesanan hotel secara online, saat check-in bisa sangat cepat dan tidak ribet  jika kita telah menyiapkan segala sesuatunya terlebih dulu. 

Biasanya resepsionis akan meminta kita menunjukkan KTP atau kartu identitas diri, untuk itu tentunya kita tidak bisa beralasan ketinggalan kartu identitas supaya tidak terkendala. Tamu kemudian diminta mengisi formulir dari hotel, mengisi nomor telepon dan tanda tangan. 

Ada beberapa hotel tertentu yang meminta uang jaminan yang akan dikembalikan ketika check-out. Untuk itulah sebaiknya sediakan uang tunai beberapa ratus ribu untuk jaga-jaga. 

Proses check-in juga bakal lebih lancar jika kita benar-benar teliti ketika memesan kamar hotel melalui aplikasi. Misalnya soal sarapan. Umumnya ada beberapa pilihan harga kamar yang berbeda-beda di layar aplikasi tergantung apakah sudah termasuk sarapan atau tidak.

Ada tipe kamar yang sama tapi beda harga karena yang lebih mahal terdapat keterangan "termasuk sarapan", dan "tidak termasuk sarapan" untuk harga yang lebih murah. Jika buru-buru atau tidak ngeh, bisa jadi ketika resepsionis menginfokan bahwa pesanan kamar kita tanpa sarapan, ujung-ujungnya kita terpicu untuk protes. 

Juga ketika memilih tipe kasur seperti single bed, twin bed, double bed, atau king size. Salah pilih atau abai bisa jadi akan membuat kita mendapatkan tipe kasur yang tidak sesuai keinginan. 

Termasuk dalam hal pilihan jenis kamar smoking atau non-smoking room yang bisa di-request pula melalui aplikasi. 

Tentu hal-hal semacam itu akan enak jika pihak hotel sudah mempersiapkan kamar sesuai yang diinginkan. Proses check-in bakal "sat-set" tanpa kendala. 

Beda lagi jika kita diberikan kamar yang tidak sesuai bayangan. Bisa-bisa sebagai tamu kita komplain, padahal sebenarnya hal itu terjadi karena keteledoran sendiri saat memesan via online.

Sumber gambar: Pexels.com/Kateryna Naidenko
Sumber gambar: Pexels.com/Kateryna Naidenko

Bolehkah berlama-lama di meja resepsionis?

Selain soal teknis pemesanan hotel, tamu yang akan menginap sebaiknya juga mampu membaca situasi saat proses check-in. Tidak perlu bertingkah lebay, sok akrab dengan resepsionis, mengajak ngobrol di luar konteks, tanpa memperhitungkan orang lain yang sedang antre check-in.

Sebagai tamu, saya pernah dibuat bengong dan hanya bisa menyaksikan tamu di depan saya "berhaha-hihi" dengan resepsionis, ngobrol ngalor-ngidul di luar tema proses check-in. 

"Haha, memang paling betul kalau orang cantik sudah bicara," demikian kira-kira salah satu kalimat yang dilontarkan oleh seorang bapak yang tengah berakrab-ria dengan resepsionis itu. 

Butuh beberapa menit kemudian untuk dia menyadari kehadiran saya di belakangnya. Ia pun segera menyudahi obrolannya. Rupanya proses check-in sudah selesai dari tadi, tapi bapak tersebut masih berlama-lama dan berusaha mengajak ngobrol resepsionis.

Boleh saja sih kita berusaha beramah tamah dengan resepsionis, apalagi jika kita memang mengenalnya, tapi sebaiknya tahu menempatkan diri. Saya pun pernah datang ke sebuah hotel yang ternyata resepsionisnya adalah seorang kawan lama.

Tentu saja kami pun terlibat perbincangan di luar tema check-in. Tapi karena saya sadar kawan saya harus bekerja profesional dan saya harus memberi kesempatan orang lain yang mengantre, saya pun tak mengajaknya ngobrol berlama-lama setelah menerima kunci kamar.

Ada waktu lain untuk bisa menyambung obrolan dengan kawan lama tersebut.

Ketika hotel memang ramai dan antre panjang saat check-in

Selain faktor dari pihak tamu yang kerap membuat proses check-in menjadi lebih lama, sebenarnya ada pula hotel-hotel yang untuk sekedar check-in saja perlu antre lama. Biasanya itu terjadi pada hotel berbintang 4 atau 5 favorit yang memiliki fasilitas untuk berlibur bersama keluarga.

Saya pernah check-in di sebuah hotel di daerah Bogor pada musim liburan, dan datang pada siang hari sekitar jam 14.00. Antrean saat itu teramat panjang meskipun ada banyak petugas resepsionis yang melayani. Banyak kursi disediakan bagi tamu yang antre serta menunggu.

Maklumlah, saya datang di siang hari saat tamu-tamu lainnya juga datang di waktu paling awal dengan tujuan memaksimalkan waktu liburan di hotel. Inilah yang perlu dipahami oleh tamu-tamu hotel jika berniat check-in di hotel jenis ini saat musim liburan.

Terlebih jika membawa keluarga besar dan anak-anak kecil. Pastikan ada anggota keluarga yang fokus dengan antrean check-in, ada pula yang fokus mengawasi anak-anak karena sudah pasti situasinya teramat ramai.

Enaknya, biasanya ada welcome drink serta snack gratis yang bisa dinikmati tamu sembari menunggu proses check-in. Nikmatilah, dan tak perlu mengeluh jika terlalu lama menunggu proses check-in. Ya, namanya juga musim liburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun