Mau balik kanan pun mustahil karena travelator tidak bisa digunakan untuk melangkah melawan arus.
Saya menengok sebelah kiri ketika orang-orang lain justru lebih cepat melangkah dengan berjalan biasa tanpa bantuan travelator. Ah, rasanya menyesal sudah terlanjur naik travelator.
Rupanya di ujung travelator sana, ada sepasang pria dan wanita tengah berdiri sejajar dan sedang asyik ngobrol sembari membawa tentengan koper dan bingkisan oleh-olehnya.
Memang tidak ada larangan untuk berdiri diam saja di atas travelator. Bisa saja orang yang berdiri diam itu adalah orang yang sedang sakit, lanjut usia, atau ibu hamil. Tapi sebaiknya itu dilakukan di sisi kiri, sedangkan sisi kanan silakan dibiarkan kosong untuk memberi kesempatan orang lain mendahului.
Jadi memang, fungsi travelator bukanlah mirip kereta kencana yang penggunanya bisa berdiri diam sambil dadah-dadah ke arah khalayak ramai. Bukan begitu gaes.
Travelator juga bukan fasilitas untuk rehat sejenak, menikmati istirahat karena jalan kaki di Bandara sesungguhnya melelahkan.
Travelator sejatinya digunakan untuk membantu mobilitas pengguna Bandara. Coba saja bayangkan, ketika kita buru-buru mengejar waktu yang sudah mepet untuk naik pesawat di gate yang berada di ujung terminal, tapi ada orang-orang yang berdiri diam sambil ngerumpi menghalangi langkah kita.
Kalau sudah begitu, nggak bahaya ta?
Kalau mau ngerumpi dan haha hihi sebaiknya cari kafe sambil ngopi. Bukan di atas travelator.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H