Bus yang akan membawa saya mudik malam itu tak segera kunjung berangkat. Terlambat beberapa menit dari jadwal semestinya.
Sopir dan awak bus lainnya terlihat masih sibuk cek dan ricek beberapa hal terkait perjalanan. Termasuk saldo kartu uang elektronik untuk membayar tol.
"Saldo tolnya kayake kurang bos," ucap sopir kepada pengawas perjalanan di kantor pusat perusahaan otobus (PO). Saat itu memang saya berangkat bukan dari terminal, melainkan dari kantor PO-nya di daerah Kebayoran Lama, Jakarta.
Tak berapa lama, petugas dari PO tersebut mengecek saldo melalui smartphone-nya dan mengisi ulang saldo untuk keperluan masuk tol.
"Siip, beres! Siap berangkat!" ucap si petugas.
"Welah, ngisinya pakai hape toh? Tak kira ke Indomaret dulu," gumam seorang penumpang tak jauh dari saya.
Soal saldo kartu uang elektronik memang menjadi salah satu instrumen penting dalam perjalanan mudik, khususnya pengguna kendaraan bermotor yang masuk ke jalan tol. Baik kendaraan pribadi maupun bus. Sayangnya, tak semua pengendara melalukan persiapan yang baik terkait kartu tol ini.
PT Jasa Marga (Persero) merilis pada periode H-7 sampai dengan H-1 arus mudik Hari Raya Idul Fitri 1444 H, terdapat 12.209 kendaraan dengan saldo kurang di Gerbang Tol (GT) Kalikangkung Jalan Tol Batang-Semarang (sumber: sonora.id).
Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap kelancaran perjalalanan mudik maupun balik. Waktu yang dibutuhkan untuk ribet masalah kurangnya saldo kartu tol berpotensi menimbulkan antrean panjang dan kemacetan di gerbang tol.
Sepertinya masih banyak orang yang belum aware terkait pengisian saldo kartu uang elektronik. Bahkan masih banyak yang menyepelekan dan mencoba mengandalkan minimarket yang akan ditemui di perjalanan sebagai solusi.