Demikian pula soal jodoh, baik jodoh berupa pasangan hidup ataupun pekerjaan. Semuanya telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa, dan pastinya tak bisa kita duga-duga serta dengan mudahnya mengumbar kalimat "seharusnya begini" atau "seharusnya tidak seperti itu".
Sehari berada di rantau setelah mudik, sudah terpikir olehku untuk bekerja lebih keras dan merencakanan lebih baik agar pulang kampung di tahun mendatang bisa lebih menyenangkan dan bisa lebih lama lagi untuk menuntaskan rindu.
Betis kakiku kembali mengeras, dan otakku kembali kupacu untuk berpikir lebih keras. Hidup di rantau memang keras, untuk itulah mengapa aku selalu merindu hangatnya kampung halaman sepertimu.
Dear Kampung Halaman, sekian surat dariku. Sampai bertemu di lain waktu.
Dari manusia perantau yang merasa belum jadi "orang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H