Jadi gini, ada teman saya yang sudah repot-repot nulis nama pacar di halaman persembahan, eh ternyata tak lama setelah wisuda putuslah mereka. Rupanya pacar yang tertulis di atas lembaran kertas halaman persembahan, bukanlah jodoh yang tertulis dalam suratan takdir.... Eaaa...
Jika begini kasusnya, selama sisa hidup, skripsi itu justru jadi kenangan yang rada "tricky". Terutama setelah berumah tangga dengan orang lain.
Iya kalau pasangan kita biasa-biasa saja menyikapi hal beginian. Lha kalau enggak?
"Cieee yang nama mantannya ditulis di skripsiiii.....Cieee..!!" ada kalanya kalau lagi nggak akur, sindiran bernada begini bisa menimbulkan hawa panas di ruangan ber-AC.
Trus kalau misalnya lagi santai sambil baca-baca skripsi, hasil perjuangan semasa kuliah, eh ketahuan sama pasangan kita.Â
"Nah kan.. Baca-baca nama mantan ya?! Inget sama mantan yaaa??!"
Udah deh, kalau begitu sebaiknya simpan rapat-rapat tuh skripsi sampai lupa naruhnya di mana.Â
Mungkin bagi yang nulis nama pacar atau someone spesial di halaman persembahan skripsi, saat itu memang sangat yakin bahwa nama yang ditulisnya adalah nama yang sama dengan yang akan tertera di undangan pernikahan kelak.Â
Namun, alih-alih ditulis sebagai pihak mempelai yang mengundang, justru posisinya sebagai pihak yang diundang. Itupun kalau masih inget dan mau ngundang mantan.Â
Jika kalian masih mahasiswa yang akan menulis skripsi, atau sedang bingung nyari inspirasi halaman persembahan, sebaiknya urungkan niat untuk menulis nama pacar. Pikir dulu baik-baik, kalaupun pacarmu ngambek karena nggak ditulis, silakan saja putus baik-baik, hehehe...Â
Kalaupun kamu tetap menulis namanya, ya nggak papa juga, hidup itu soal pilihan kok. Tanggung sendiri resikonya. Tapi sedikit saran, jangan juga terlalu lebay menuliskan dengan gaya pantun gombal semacam ini:
Burung Cenderawasih main lato-lato
Sarapan bubur ayam biar kenyang
Kuucapkan terima kasih Dik Pevita anaknya Pak Prapto
Atas hadirmu selalu di hatiku ya sayang