Bagi penumpang KRL Commuter Line yang tiap harinya harus singgah transit di Stasiun Manggarai, tentu sudah paham jika tempat tersebut memang bisa bikin stress. Kepadatan manusia yang luar biasa, diperparah dengan flow penumpang yang tak tertata akibat desain stasiun yang ngaco, semakin mengukuhkan kesan angker Stasiun Manggarai.
Terlebih di jam-jam sibuk, baik pagi maupun sore dan malam hari. Para pekerja, pencari kerja hingga pekerja ilegal semacam copet, berbaur jadi satu memadati tiap kereta yang datang.
Jika ada satu kata yang bisa menggambarkan Stasiun Manggarai, tak lain adalah: horor.
Beberapa hari ini, berseliweran kabar viral di media sosial yang menyebutkan bahwa seorang karyawan dikabarkan memilih resign dari tempatnya bekerja karena tidak ingin jadi "gila" jika setiap hari harus transit KRL di Stasiun Manggarai.
Seburuk itukah Stasiun Manggarai? Kalau boleh bantu jawab, maka saya akan jawab: iya!
Banyak netizen yang menanggapi cerita viral soal resign-nya karyawan itu dengan menanyakan kenapa tidak mengambil alternatif lainnya untuk menghindari transit di Stasiun Manggarai, misalnya dengan menggunakan ojek online (ojol) dan turun di stasiun sebelum Manggarai.
Sebuah pertanyaan yang wajar tapi nir empati.
Para penumpang yang memadati stasiun tersebut kebanyakan adalah para pencari nafkah. Jika tidak karena terpaksa, tak ada pula yang rela berdesakan dan berimpitan tiap hari, kecuali ya itu tadi, kalangan pencopet yang masih merajalela.