Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dompet Digital sebagai Hadiah Pernikahan, Yes or No?

4 Februari 2023   11:45 Diperbarui: 5 Februari 2023   04:10 2318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Unsplash.com/Lanty

Memberikan hadiah pernikahan berupa saldo dompet digital kini telah menjadi pilihan alternatif. Tinggal klik ke nomor handphone mempelai, sumbangan tersebut bakal sampai dalam hitungan detik dan bisa terpantau langsung di genggaman si penerima.

Cara tersebut beberapa kali saya lakukan ketika masa pandemi sedang hebat-hebatnya. Pertimbangan waktu itu, undangan resepsi pernikahan dari kawan ternyata lokasinya jauh di luar provinsi serta undangan hanya bersifat pemberitahuan karena jumlah tamu di masa pandemi sangat dibatasi.

Jika di undangan (yang juga digital) menyertakan nomor rekening khusus untuk sumbangan, maka saya akan menurutinya dengan melakukan transfer via bank.

Namun, rupanya ada pula beberapa kawan yang tidak menyertakan nomor rekening bank. Biasanya jika dia adalah rekan kerja, maka rekan-rekan lainnya yang tidak bisa hadir kondangan, akan memberikan amplop berisi uang tunai ketika si pengantin baru ini masuk kerja.

Tapi karena waktu itu masih pandemi dan lebih banyak WFH, saya berpikir bakal lama lagi bisa ketemu kawan tersebut. Maka saya pun berinisiatif untuk mengirimkan saldo dompet digital.

Saya sebenarnya tidak tahu dompet digital jenis apa yang dimiliki oleh kawan tersebut. Tapi menilik profilnya yang milenial dan selalu update hal-hal baru, saya yakin paling-paling tidak jauh dari OVO, Gopay, Dana hingga ShopeePay.

Benar saja, ketika saya coba cek melalui fitur kirim saldo di salah satu dompet digital tersebut, namanya bisa muncul dan sudah pasti ia memiliki akunnya.

So, tinggal sat set sat set, saldo pun terkirim padanya, disertai keterangan "selamat menempuh hidup baru, semoga samawa".

"Makasih mas kirimannya, alhamdulillah," ucap kawan yang waktu itu saya kirimkan hadiah pernikahan berupa saldo dompet digital. Ia merespon cepat melalui pesan singkat.

Metode nyumbang acara kawinan dengan mengirim saldo dompet digital ini memang terbilang menuai pro dan kontra. Ada sebagian yang masih menganggap tidak sopan dan menyalahi tradisi umum yang berlaku di masyarakat.

Well, ada baiknya kita juga mempertimbangkan situasi serta siapa yang kita sumbang mengingat tidak semua orang bisa menerimanya dengan pikiran terbuka.

Jika pengantin adalah kawan baik kita dan lokasi pernikahan tidak dapat kita jangkau, memberikan saldo dompet digital masih bisa dimaklumi. Apalagi jika masih kalangan anak muda tentu dia bakal oke-oke saja menerima.

Saldo dompet digital sifatnya lebih ke personal karena kedekatan, jadi jangan sampai salah alamat juga.

"Bro, selamat berbahagia ya, btw maaf tidak bisa hadir, sudah aku kirim Gopay ke nomor mertuamu."

Nah, yang begitu sebaiknya dihindari meskipun yang punya hajat memang pihak mertua kawan kita. Sepertinya, si kawan lebih membutuhkan daripada pihak mertua yang biasanya sudah menerima melalui amplop-amplop para tamu.

Beda lagi jika yang kita kenal adalah pihak orang tua yang mengawinkan anaknya, sebaiknya memang tidak memberikan sumbangan dengan cara tersebut. Kecuali memang di undangan disebutkan menerima sumbangan dengan nontunai, termasuk dompet digital. Cara konvensional tentu masih lebih baik.

Apakah sumbangan dompet digital bakal berkembang?

Beberapa waktu lalu sempat viral tentang acara pernikahan yang hanya menerima hadiah pernikahan berupa saldo dompet digital, meskipun dia datang langsung ke acara resepsi. Tuan rumah bahkan tidak menyediakan kotak sumbangan. Mereka hanya menyediakan nomor khusus dan QR code untuk sumbangan para tamu.

Rupanya sudah ada kesepakatan keluarga bahwa hal itu bertujuan sekaligus untuk mendukung kampanye cashless. Hmm, jangan-jangan keluarganya kerja di Bank Indonesia tuh.

Manfaat lain dari cara cashless ini adalah tuan rumah tidak perlu repot untuk menjaga kotak sumbangan dan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Biasanya dalam sebuah kepanitiaan pernikahan, ada yang ditugaskan khusus mengawal dan menjaga kotak sumbangan hingga akhir acara.

Lepas dari itu, belum banyak yang melakukan hal serupa. Apalagi jika dibenturkan dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat yang bisa beragam soal sumbang menyumbang ini.

"Di kampung saya kalau nyumbang kawinan uangnya nggak boleh pakai amplop Mas, jadi nyumbang berapapun ketahuan orang lain. Jadinya bikin pusing orang yang hidupnya pas-pasan, kalau nyumbang kecil malu," ucap seorang rekan. Padahal daerah tempat tinggalnya masih di kawasan Jabodetabek juga.

Walaupun sudah banyak yang memulai, tidak semua acara pernikahan bakal berpaling ke teknologi digital untuk menerima sumbangan. Setidaknya belum jadi pemakluman yang umum dalam waktu dekat. Tapi sebagai alternatif dan kemudahan, tak ada salahnya pengantin dan tuan rumah pernikahan mulai membuka opsi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun