Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Lengah! Masih Ada Copet di KRL Commuter Line

21 Desember 2022   13:52 Diperbarui: 22 Desember 2022   01:00 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepadatan di dalam KRL Commuter Line (foto by widikurniawan) 

Peron lantai atas Stasiun Manggarai kian padat tiap menitnya, menanti kedatangan KRL Commuter Line dari arah Jakarta Kota menuju Bogor. Jumat malam pekan lalu, sekira pukul 19.00 di waktu itu, entah mengapa stasiun begitu sesak dipenuhi orang, melebihi malam-malam rush hour lainnya. 

Beberapa saat kemudian KRL tiba, terlihat sudah hampir padat oleh manusia-manusia pencari nafkah. Tapi bagaimanapun padatnya, kami yang sedari tadi menanti di Manggarai harus terangkut oleh kereta itu.

Maka ketika pintu terbuka, terjadilah "pertempuran" antara yang turun dan naik. Beberapa gelintir yang turun dari KRL hanya punya waktu beberapa detik sebelum kesabaran gerombolan penumpang yang akan naik habis terkikis. 

Saya berada di barisan paling depan penumpang yang naik. Saat kaki sudah menapak lantai kereta, terasa dorongan kuat dari arah pintu sehingga para penumpang di dalam terus terdesak sampai tidak bisa bergerak lagi. Terkunci satu sama lain. 

Seingat saya, ini termasuk kepadatan paling hebat yang saya rasakan dalam bulan ini. Ah, namanya juga angkutan umum. Beginilah rasanya. 

Kepadatan di dalam KRL Commuter Line (foto by widikurniawan) 
Kepadatan di dalam KRL Commuter Line (foto by widikurniawan) 

Perjalanan kemudian terasa biasa-biasa saja hingga selepas Stasiun Tanjung Barat muncul sedikit kegaduhan. Seorang pria, kisaran usia 40 tahun, terlihat kebingungan dan bertanya ke sekelilingnya. Ia mengaku kehilangan ponsel atau handphone miliknya. Pria tersebut hanya berjarak satu meter dari saya. 

Salah seorang penumpang lain berinisiatif menanyakan nomor handphone pria tersebut dan mencoba memanggilnya. Tetapi tak ada nada dering yang terdengar. 

"Tidak aktif," ucap penumpang tersebut. 

Dalam situasi seperti ini menjadi serba tidak mengenakkan bagi penumpang di sekitarnya. Bagaimana tidak? Kami semua seolah curiga satu sama lain, saling berpandang untuk menilai siapakah yang patut dicurigai sebagai copet. 

Kami tidak mengenal satu sama lain, sehingga sama sekali tak tahu yang mana bad guy dan yang mana orang baik-baik saja. Bisa jadi pula ada yang memandang saya penuh kecurigaan, sah-sah saja mengingat tampang saya juga kerap terlihat bernuansa tanggal tua. 

Menurut penuturan korban, handphone ia simpan di kantong celana bagian kanan. Sedangkan celananya bukan jenis jeans yang bisa mengantongi sesuatu dengan rapat, melainkan jenis kain dengan bahan yang longgar. Hal ini tentu menjadi target empuk bagi copet berpengalaman di KRL.

Korban juga mengatakan bahwa sejak naik dari Stasiun Manggarai, ia sama sekali tidak memainkan handphone. Baru sadar ketika perjalanan telah melewati beberapa stasiun.

Jika dianalisis merujuk kronologis, aksi pencopetan terjadi ketika kami berebutan masuk ke dalam KRL di Stasiun Manggarai. Saat itu dorongan teramat kuat dan bisa memudahkan pelaku untuk melakukan aksi terhadap target yang telah diincar. Bisa jadi pelakunya komplotan, lebih 1 orang. 

Sayang seribu sayang, tak ada CCTV di dalam KRL untuk memantau kejadian seperti ini. Kemudian, tak ada pula petugas yang  standby dalam gerbong tempat kejadian perkara. Sepertinya pelaku kejahatan dalam KRL memang sudah paham situasi sepertii ini.

Bagaimana antisipasi kejadian pencopetan?

Bagaimanapun korban tak pantas disalahkan akibat kelengahannya, tapi setidaknya kita bisa belajar dari kasus ini. Jangan pernah sekali-kali menyimpan handphone di saku celana, terlebih saat berada di tengah kerumunan orang banyak.

Cara saya menyimpan handphone saat naik transportasi massal adalah di saku kemeja depan di bagian dada, dan selalu dilapisi jaket atau sweater. Itulah salah satu alasan mengapa rata-rata penumpang KRL, khususnya pria, terlihat selalu memakai jaket.

Selanjutnya, ketika sudah di dalam KRL dalam posisi berdiri atau duduk, lebih baik handphone dipegang dan dimainkan saja ketimbang kepikiran atau malah kelupaan naruh. Lebih baik lagi jika handphone dipasang headset berkabel. 

Headset berkabel ini sebenarnya piranti "keamanan" sederhana untuk menjaga handphone berpindah tangan ke copet atau jambret dengan cepat. Pelaku kejahatan tidak akan berselera melihat handphone yang terpasang headset kabel karena bakal ribet dan sangat berisiko ketahuan korban. Beda dengan headset bluetooth tanpa kabel yang biarpun lagi tren dan terlihat keren tapi handphone masih riskan jadi incaran copet.

Maka demi keamanan, saya pun selalu memasang headset berkabel dan memainkan handphone di dalam KRL, walaupun terkadang tak ada lagu yang saya putar. Rasanya lebih aman saja.

Selain itu, penumpang KRL wajib paham momen-momen riskan ketika copet beraksi. Jam-jam sibuk, khususnya jam pulang kerja adalah waktu yang patut diwaspadai. 

Saat rata-rata penumpang pekerja lelah setelah seharian bekerja, maka fokusnya pun bakal menurun. Sehingga ketika lengah, bisa dimanfaatkan oleh pencopet.

Momen saat naik KRL secara berebutan dan saling dorong menjadi golden time bagi pencopet. Itulah mengapa petugas keamanan kerap berteriak-teriak menggunakan pengeras suara saat penumpang saling desak masuk ke dalam KRL yang datang.

"Awas! Perhatikan handphone dan dompetnya! Perhatikan handphone dan dompetnya!" begitu seterusnya sampai KRL jalan lagi.

Momen rebutan naik KRL, jangan lengah terhadap copet (foto by widikurniawan) 
Momen rebutan naik KRL, jangan lengah terhadap copet (foto by widikurniawan) 

Namun, yang namanya apes dan lengah tentu bisa datang setiap saat. Pencopet yang tertangkap sejauh ini kerap menyaru jadi pekerja kantoran lengkap dengan pakaian ala kantoran. Sangat susah mendeteksinya.

Nah, bagi pengguna KRL Commuter Line, sebaiknya tingkatkan kewaspadaan dan jangan lengah. Saat kerumunan mulai padat, ingatlah beberapa di antara mereka tak bisa dipercaya karena bisa jadi adalah para pencari dompet dan handphone alias copet. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun