Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Teriakan yang Tertahan dan "Serunya" Nonton Piala Dunia di Perjalanan

25 November 2022   09:01 Diperbarui: 26 November 2022   01:00 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nonton di KRL (foto by widikurniawan)

Perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar secara jam tayang memang cukup bersahabat dengan waktu di Indonesia. Beberapa pertandingan kick-off jam 17.00 WIB, seperti laga Arab Saudi versus Argentina dan Swiss versus Kamerun. 

Demikian pula yang tayang di jam prime time yang lumrah diisi tayangan sinetron, ada laga seru Jepang ketika membekuk Jerman dan Korea Selatan melawan Uruguay. Laga-laga tersebut disiarkan langsung jam 20.00 WIB. 

Enaknya sih orang-orang Indonesia tak perlu banyak begadang. Tapi bagi tipe pekerja pulang sore cenderung malam seperti saya ini justru agak tidak menguntungkan. 

Seperti saat Arab Saudi menekuk Argentina, Selasa lalu, saya bahkan  masih belum selesai meeting di suatu tempat. Tahu-tahu dikabari teman jika Messi dan kawan-kawan harus meringis karena kalah tragis 1-2.

Sehari berikutnya, saya terpaksa menonton pertandingan Maroko melawan Kroasia dalam perjalanan pulang ke rumah menggunakan KRL Commuter Line. Kick-off jam 17.00 WIB, saya baru sempat membuka layar ponsel setelah 18 menit berlalu. 

Inilah salah satu gunanya langganan streaming edisi khusus Piala Dunia Qatar 2022. Sewaktu-waktu di manapun bisa buka layar ponsel untuk nonton. Ya, era telah berubah dan berkembang, zaman dulu kalau nonton bola sudah pasti identik dengan nongkrong di depan televisi. Sekarang bisa di manapun sepanjang ada sinyal dan kuota tentunya. 

Posisi terjepit pun bisa sambil nonton Piala Dunia (foto by widikurniawan)
Posisi terjepit pun bisa sambil nonton Piala Dunia (foto by widikurniawan)

Hanya saja karena nontonnya sambil berdiri di tengah kepadatan penumpang KRL, dan laju kereta yang cukup cepat, kenikmatan menonton jelas terganggu oleh pergerakan sesama penumpang dan sinyal yang putus nyambung. 

Lagi seru-serunya Achraf Hakimi lagi dapat bola dan hendak menyerang, eh sinyalnya malah muter-muter. Demikian pula saat pemain depan Kroasia menembak ke arah gawang, tahu-tahu gambarnya nge-lag dan beberapa detik kemudian terlihat kiper Maroko wajahnya tengah di-close up. 

Lah kirain tadi gol. Bahkan penumpang di sebelah saya yang numpang nonton ikut-ikutan gemas. 

Saat sudah turun di stasiun Bojonggede pun saya menyempatkan diri untuk numpang nonton sejenak di parkiran motor. 

"Masih kosong-kosong Pak," ucap kang parkir. 

Ya sudah, kalau gitu lanjut pulang ke rumah naik motor. Tapi gara-gara mesti isi bensin dan beli sesuatu di minimarket, maka sampai rumah ternyata laga sudah memasuki waktu injury time. 

Eh, tapi lha kok masih seru. Jual beli serangan di menit-menit tambahan membuat saya mengurungkan niat untuk langsung mandi. Ternyata hingga peluit akhir berbunyi, skor kacamata tetap bertahan. 

Beda lagi semalam, jam kepulangan saya lebih larut dibandingkan hari sebelumnya. Saya sudah sampai Stasiun Cawang ketika laga Uruguay versus Korea Selatan dimulai jam 20.00 WIB. 

Namun, lagi-lagi kendala sinyal membuat wajah Darwin Nunez nge-hang berkali-kali. Mirip dengan tembakannya yang ngalor-ngidul doang nggak bisa menembus gawang Korsel. 

Untungnya kali ini karena sudah agak larut, situasi di dalam KRL tak begitu padat. Walau saya berdiri, tak ada desak-desakan di dalam kereta.

Saya pun bisa mendekat ke penumpang yang membuka tabletnya. Wah layarnya lumayan gede, bisa kali numpang nonton. 

Lagipula sumbangan wifi portable dari penumpang di sebelahnya membuat tayangnya nggak pernah nge-lag. Jadi ngiri deh, sinyal ponsel saya kok nggak bisa kayak gitu. 

Uniknya, gegara ada larangan berbicara, apalagi berisik di dalam KRL, beberapa penumpang yang ikutan nonton, dan juga si pemilik tablet dan rekannya tidak bisa meluapkan emosinya dengan leluasa ketika ada peluang gol. Paling banter cuma mengepalkan tangan dengan suara yang tercekat. Situasi yang seru tapi sepi. 

Andai terjadi gol pun, saya yakin teriakan-teriakan penonton bakal tertahan. Terlebih karena volume dari tablet memang sengaja tidak dinyalakan. Jadi yang numpang nonton cukup menyaksikan gerakan saja, tanpa suara komentator dan riuh penonton di stadion.

Masuk turun minum di akhir babak pertama, saya juga ikutan turun kereta. Skor masih 0-0.

Hingga ujung laga selanjutnya, rupanya skor sama kuat tanpa gol menjadi hasil akhir pertandingan. Bomber gaek Edinson Cavani yang masuk menggantikan sesama gaek Luis Suarez, tak bisa berbuat banyak karena solidnya pertahanan Korea Selatan. 

Perlahan tapi pasti, euforia Piala Dunia kian menanjak. Beragam cara pula orang menikmatinya. 

Pastinya nonton pertandingan di perjalanan tidaklah ideal. Jalannya laga tidak bisa utuh dinikmati. Maka berbahagialah selagi bisa menikmati nonton bareng keluarga atau teman ditemani cemilan dan minuman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun