Memang ketika bicara menambah jumlah gerbong dalam satu rangkaian KRL, bisa berdampak waktu tunggu kendaraan lain seperti mobil dan motor yang akan menyeberang di perlintasan sebidang yang saat ini masih ada tersebar di Jabodetabek. Kemacetan lah ujung-ujungnya karena nungguin KRL yang panjang-panjang itu lewat.
Namun, apapun alasannya, ketersediaan transportasi massal yang nyaman seharusnya menjadi prioritas lebih. Toh, seperti di jalur Jakarta-Bogor, perlintasan sebidang yang besar macam di Jalan Dewi Sartika Depok, sudah ditutup dan tak lama lagi bakal jadi underpass. Perlintasan sebidang lainnya pastinya juga menunggu disuntik mati.
Tak banyak lagi alasan untuk mempertahankan KRL SF 8 yang sudah tak lagi manusiawi. Apa iya memaksakan manusia untuk terus-terusan berhimpitan di ruang yang sempit? Apa iya mau menunggu orang-orang berjatuhan pingsan lagi?
Ah, coba deh anda-anda para perakit kebijakan yang naik KRL SF 8 di jam sibuk. Satu hari saja, di hari Senin, dan jangan sarapan dulu.