Belum lagi ditambah dari koran harian macam Kompas dan Jawa Pos yang biasanya menyediakan beberapa halaman khusus untuk berita Piala Dunia.
Jelang turnamen besar macam Piala Dunia hingga Euro, ada sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar. Itu lho, sisipan halaman tabloid atau majalah berupa poster yang berisi informasi jadwal pertandingan per grup, jam siaran langsung, stadion dan ada kolom kosong skor yang bisa diisi sendiri oleh pembaca dengan tulisan tangan.
Poster itu menggambarkan bagan alur dari mulai penyisihan grup, menuju babak gugur hingga semifinal dan partai puncak. Tim mana bakal ketemu tim mana, bisa tergambar dengan baik di poster itu. Prediksi juara pun bakal terbantu ketika kita memiliki poster jadwal tersebut.
Kalau sekarang? Ketika yang jual koran kian terbatas dan tabloid serta majalah-majalah tadi statusnya tinggal kenangan saja alias sudah almarhum, ternyata untuk mendapatkan poster semacam itu kita mesti beli melalui marketplace. Atau kalau mau hemat ya ngeprint sendiri. Haha, nggak asik ah.
Selain poster jadwal pertandingan dan skor, info grafis tentang deretan stadion dan kota penyelenggara juga menjadi sajian menarik untuk dibaca berulang-ulang. Seru aja membayangkan stadion-stadion keren dan kota-kota yang belum pernah disinggahi.
Euforia Piala Dunia kala itu bakal semakin mengena ketika ada salah satu atau beberapa orang jurnalis dari Indonesia yang ditugaskan secara khusus datang ke negara penyelenggara Piala Dunia itu. Pastinya seru ketika membaca laporan mereka dari sudut pandang yang berbeda.Â
Budiarto Shambazy dari Kompas dan Sumohadi Marsis dari BOLA adalah dua nama yang masih lengket di ingatan soal liputan langsung ke ajang turnamen besar seperti Piala Dunia.
Kini, seiring pergeseran tren media dari cetak ke daring, kenangan-kenangan tentang euforia Piala Dunia menjadi semacam rindu yang tak terobati. Jadi susah rasanya mengenalkan sistem turnamen kepada anak-anak kecil sekarang, karena tidak ada alat bantu berupa poster jadwal dan skor yang mengasyikkan tadi.
Saya pun sampai sekarang masih blank dengan kota-kota dan nama-nama stadion yang bakal menjadi tuan rumah di Qatar nantinya. Padahal jika mengingat Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, setidaknya ada Stadion Rose Bowl di Pasadena dan Stadion Pontiac Silverdome di Michigan yang masih terngiang-ngiang hingga kini. Atau nama Stadion Sapporo Dome di Jepang yang masih teringat ketika Piala Dunia digelar di Korea-Jepang tahun 2002 silam.
Pada akhirnya memang Piala Dunia menjadi semacam bahan seru-seruan saat ngumpul. Meskipun orang tersebut sejatinya tidak pernah mengikuti perkembangan sepak bola, tapi jika Piala Dunia datang, mendadak memosisikan dirinya sebagai salah satu fans tim negara tertentu.