Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merokoklah, tapi Jangan Asapi Orang Lain

5 November 2022   21:13 Diperbarui: 5 November 2022   21:17 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Unsplash.com/Raul Miranda

Hujan begitu deras mengguyur langit Bojonggede, malam itu. Di pintu keluar Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor, orang-orang terhenti langkahnya dan memilih menunggu hujan reda. Entah sampai jam berapa.

Udara dingin menusuk tulang. Terlihat beberapa pria mulai menyalakan api dan menyulut rokoknya.

Bahh... Iya, pahamlah kita-kita ini. Dingin-dingin gitu, hujan deras, pastilah nikmat banget sambil merokok. Tapi itu kan bagi kalian, para perokok.

Lha bagi orang-orang lain di sekitarnya bagaimana?

Asap rokok dari seseorang bapak di depan saya, membuat saya agak menahan emosi. Tapi saya hanya bisa mengibas-ngibaskan tangan ke asap rokok yang meluncur ke muka saya. Walau ingin rasanya mengibaskan tangan ini ke sebatang rokok yang tengah dihisapnya.

Seharusnya dia paham dengan gerakan tangan dan gestur saya yang tidak nyaman. Begitu pula ketika ada seorang ibu di sampingnya mulai batuk-batuk kecil.

Namun pada akhirnya, berlaku pepatah kuno "yang waras yang ngalah". Saya dan ibu itu pun memilih ngeloyor menjauh, menerjang hujan menuju parkiran sepeda motor.

Sebenarnya, kami yang bukan perokok, tidak mempermasalahkan kalian para perokok mau menghisap berapa bungkus rokok dalam sehari. Itu urusan kalian.

Mau cukai rokok naik sampai berapapun, saya yakin kalian bakal tetap mampu membeli rokok tiap hari. Uang untuk rokok bakal selalu ada kapanpun juga.

Iya, mirip dengan kelakuan seorang kerabat saya. Ia kerap mengeluh susah nyari kerjaan, pendapatan tak menentu dari kerja narik ojek. Buat makan atau beli beras kadang ngutang, katanya.

Namun, semua keluhan itu diceritakan sambil menghisap rokok dalam-dalam. Rupanya ia tak pernah kesulitan kalau soal membeli rokok.

Hebat memang para perokok. Saya salut karena mereka adalah kontributor untuk pendapatan negara melalui cukai rokok. Tapi setidaknya, bisa dong hargai juga orang-orang di sekeliling kalian saat merokok.

Memang tidak semua perokok offside saat merokok. Banyak juga yang memilih tempat sepi atau tempat khusus untuk merokok yang tidak mengganggu orang lain.

Masalahnya, tidak semua perokok memiliki atittude yang oke punya. Penebar asap rokok di tempat-tempat umum atau di jalanan, masih marak dijumpai.

Saat jalan kaki, seharusnya tidak ada orang merokok sambil jalan santuy. Saya kerap ketemu perokok model beginian. Sedang jalan kaki buru-buru saat berangkat kerja, eh di depan kita malah ada perokok yang lagi asyik mencemari udara sambil jalan kaki.

Seolah tiada lagi tempat nongkrong sambil ngerokok semacam kafe gitu. Kalau terlalu elite, bisa juga kok nongkrongnya di warung kopi biasa. Yang penting tidak mengganggu orang lain saat merokok.

Demikian juga saat berkendara sepeda motor. Sadar nggak sih kalau asap rokok dan percikan api bisa mencelakai orang yang berada di belakang? Atau jangan-jangan, merokok memang bisa menghilangkan kesadaran dan akal sehat?

Ada lagi kombinasi perokok sekaligus pedagang. Saya sering nemu pedagang, entah mie ayam, penjaga warung kelontong, tukang odading, abang siomay, dan lain-lainnya, eh merekanya ini merokok sambil melayani pembeli.

Sudah asapnya mengganggu si pembeli, eh nggak tahunya asap rokok kerap nyampur dengan asap dari kuah mie ayam. Kan rada-rada gimana gitu ya? Bikin senewen sih kalau saya.

Setelah itu ya sudah. Cukup sekali saja membeli di tempat itu.

Bagaimana bisa mempertahankan pelanggan kalau gitu caranya? Jualan ya jualan, merokok ya merokok. Harusnya tahu diri dan tahu tempat. Hal sepele seperti itulah yang mungkin saja bisa mengganggu saat mencari nafkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun