Namun, semua keluhan itu diceritakan sambil menghisap rokok dalam-dalam. Rupanya ia tak pernah kesulitan kalau soal membeli rokok.
Hebat memang para perokok. Saya salut karena mereka adalah kontributor untuk pendapatan negara melalui cukai rokok. Tapi setidaknya, bisa dong hargai juga orang-orang di sekeliling kalian saat merokok.
Memang tidak semua perokok offside saat merokok. Banyak juga yang memilih tempat sepi atau tempat khusus untuk merokok yang tidak mengganggu orang lain.
Masalahnya, tidak semua perokok memiliki atittude yang oke punya. Penebar asap rokok di tempat-tempat umum atau di jalanan, masih marak dijumpai.
Saat jalan kaki, seharusnya tidak ada orang merokok sambil jalan santuy. Saya kerap ketemu perokok model beginian. Sedang jalan kaki buru-buru saat berangkat kerja, eh di depan kita malah ada perokok yang lagi asyik mencemari udara sambil jalan kaki.
Seolah tiada lagi tempat nongkrong sambil ngerokok semacam kafe gitu. Kalau terlalu elite, bisa juga kok nongkrongnya di warung kopi biasa. Yang penting tidak mengganggu orang lain saat merokok.
Demikian juga saat berkendara sepeda motor. Sadar nggak sih kalau asap rokok dan percikan api bisa mencelakai orang yang berada di belakang? Atau jangan-jangan, merokok memang bisa menghilangkan kesadaran dan akal sehat?
Ada lagi kombinasi perokok sekaligus pedagang. Saya sering nemu pedagang, entah mie ayam, penjaga warung kelontong, tukang odading, abang siomay, dan lain-lainnya, eh merekanya ini merokok sambil melayani pembeli.
Sudah asapnya mengganggu si pembeli, eh nggak tahunya asap rokok kerap nyampur dengan asap dari kuah mie ayam. Kan rada-rada gimana gitu ya? Bikin senewen sih kalau saya.
Setelah itu ya sudah. Cukup sekali saja membeli di tempat itu.
Bagaimana bisa mempertahankan pelanggan kalau gitu caranya? Jualan ya jualan, merokok ya merokok. Harusnya tahu diri dan tahu tempat. Hal sepele seperti itulah yang mungkin saja bisa mengganggu saat mencari nafkah.