Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Bijak Membawa Anak Kecil di Kerumunan

2 November 2022   21:54 Diperbarui: 4 November 2022   18:16 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jam sibuk penuh kerumunan manusia di Stasiun KRL Sudirman (foto by widikurniawan)

Langit Jakarta hampir gelap ketika manusia-manusia berdatangan menyesaki peron Stasiun Manggarai yang sempit. Seorang anak kecil sesekali mendongak menatap wajah ibunya. Tangan mereka erat bergandengan.

Ketika kereta rel listrik (KRL) datang, si ibu tetap diam, seolah berpikir keras bagaimana ia menerobos kerumunan orang yang berebutan naik kereta itu. Padahal, kereta selanjutnya, dan selanjutnya lagi, juga susah mereka naiki, seiring kian banyaknya orang yang pulang kerja.

Bagi orang lain yang melihatnya, seolah ingin menyampaikan pada ibu tersebut bahwa sebaiknya lain kali jangan naik KRL di saat jam sibuk seperti ini jika membawa anak kecil. Kasihan anaknya.

Ya, potensi kerumunan seperti si stasiun-stasiun KRL di jam sibuk pagi dan sore hari, sebaiknya dihindari ketika membawa anak kecil. Orangtua harus bijak memperhitungkan risikonya. Orang dewasa saja kerap tergencet, apalagi anak kecil.

Faktanya, sesekali masih terlihat orangtua membawa anak kecil naik KRL di saat jam sibuk.

Bijak membawa anak kecil di kerumunan (foto by widikurniawan)
Bijak membawa anak kecil di kerumunan (foto by widikurniawan)

Kerumunan massa memang berpotensi menimbulkan masalah. Beberapa tragedi yang terjadi pada kerumunan, umumnya dipicu satu hal tertentu yang kemudian membuat orang-orang dalam kerumunan tidak bisa mengelak lalu menjadi korban. 

Ibarat tumpukan kertas kering, ketika ada kertas terpercik api, maka semua kertas lainnya pada tumpukan bisa ikut terbakar dengan cepat. 

Anak-anak kecil berpotensi menjadi korban yang tak berdaya ketika berada di kerumunan yang tak terkendali. Jika orang dewasa saja bisa tumbang di tengah kerumunan, bayangkan pula jika menimpa anak-anak kecil.

Maka dari itu, perlu adanya kontrol dan peran orangtua. Jika anak sudah beranjak remaja dan kerap bepergian dengan teman-temannya, orangtua seharusnya mampu mendeteksi ke mana saja anaknya pergi, dengan siapa dan bagaimana kira-kira situasi tempat yang dituju si anak remaja itu.

Saya teringat seorang bapak yang dulu sempat menjadi rekan kerja saya. Saat anaknya pergi meminta izin pergi nonton konser di alun-alun, ia mengizinkan dengan batasan waktu untuk pulang.

Kemudian secara diam-diam, si bapak itu ikut datang ke alun-alun, mengikuti dari kejauhan ketika si anak bersama teman-temannya nonton konser band kesukaannya. Terdengar agak aneh, tapi menurutnya itulah yang terbaik karena ia merasa belum terbiasa melepas anak gadisnya yang baru tumbuh remaja pergi ke keramaian seperti itu.

Respect.

Jika kita memiliki anak yang masih kecil, usia SD hingga balita, maka tanggung jawab sepenuhnya berada pada orangtua. Mengajak anak-anak kecil ke acara yang berpotensi terjadi kerumunan, perlu pemikiran panjang dan menimbang banyak risikonya.

Anak saya kerap minta diajak nonton pertandingan sepakbola jika ada laga Tim Nasional (Timnas) Indonesia berlaga di Stadion Pakansari, Cibinong. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kami, tetapi hingga kini saya belum pernah mengiyakan permintaannya.

Faktor kerumunan adalah pertimbangan saya, termasuk juga karena pertandingan sepakbola seperti itu biasanya main di malam hari.

Untuk menolak permintaan si kecil, tentu harus dengan argumen yang pas dan solusi yang tepat pula. Maka saya pun menjelaskan beberapa alasan yang sekiranya bisa dipahami dan menawarkan solusi untuk nonton bareng di televisi sambil makan martabak atau makanan lainnya. Aman.

Begitu pula dengan permintaan si kecil untuk datang ke tempat-tempat wisata yang ramai, mal yang penuh sesak jelang lebaran, hingga ke acara-acara yang memang menyedot animo masyarakat demikian hebatnya. Sebaiknya dihindari, karena menikmatinya pun bakal susah.

Sebagai orangtua, sebaiknya paham dan tahu diri bagaimana membawa anak kecil ke tempat yang ada kerumunan lautan manusia. Misalnya ngajak anak kecil nonton konser orang dewasa.

Silakan tanya kembali ke diri sendiri, apakah anak kita sangat berkepentingan sekali untuk nonton acara yang sebenarnya lebih digandrungi orangtuanya? 

Yang butuh nonton konser tuh anaknya atau orangtuanya? Jangan-jangan ketika berada di tempat tersebut, fokus kita adalah sebagai penonton kebanyakan, lupa dengan tugas penting yaitu menjaga anak saat berada di kerumunan. 

Inilah yang kerap terjadi di mal-mal saat ramai jelang lebaran. Pengumuman soal anak kecil hilang atau terlepas dari pengawasan orangtua jamak kita temui. Itu akibat orangtua fokus belanja di tengah keramaian, bawa anak pun jadi lupa.

Nah, mau ajak anak kecil ke tempat ramai yang berpotensi dipadati manusia? Pikir-pikir dulu deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun