Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jasa Sewa Pacar, Solusi Atasi Kesepian?

1 November 2022   08:25 Diperbarui: 2 November 2022   16:00 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jasa sewa pacar menjadi fenomena marak belakangan ini. Jasa ini banyak ditawarkan melalui media sosial instagram dan facebok. 

Munculnya jasa sewa pacar ini keruan saja menimbulkan polemik. Tak dinyana, ternyata jenis usaha seperti ini bisa muncul di Indonesia.

Sempat jadi kisah fiktif ketika dijadikan inti cerita dari sebuah drama Korea, kini jasa sewa pacar justru merambah di dunia nyata di Indonesia melalui jembatan dunia maya.

Ketika saya mencoba kepo menjelajah beberapa akun penyedia jasa sewa pacar, model "pacaran" yang ditawarkan lebih banyak memakai metode online dibanding offline. Sehingga pada prinsipnya kegiatan "pacaran" bisa dilakukan secara LDR atau jarak jauh. 

Harga sewa yang ditawarkan pun beragam, ada yang menawarkan harga 125 ribu rupiah untuk durasi "pacaran" seminggu, tapi paket ini hanya melayani chatting dan teleponan saja selama sewa.

Ada pula yang menyediakan jasa sewa pacar offline dengan harga mulai 250 ribu rupiah per 3 jam, dengan catatan antara client dan talent berada dalam satu kota. 

Penyedia jasa offline ini biasanya akunnya sudah besar dengan followers ribuan dan telah memiliki jaringan "talent" di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Surabaya.

Oya, jadi ada istilah khusus dalam jasa ini, "client" artinya penyewa, "talent" artinya "pacar" yang disewa, bisa cowok atau cewek. Sedangkan istilah "admin" adalah orang atau penyedia jasa yang mengoperasikan usaha tersebut.

Jadi apa sih yang sebenarnya melatarbelakangi maraknya usaha jasa sewa pacar ini? Kok bisa laku ya?

Ada sebuah akun yang mencantumkan deskripsi usaha dengan kalimat marketing yang cukup mengena dan sedikit menggambarkan kenapa sewa pacar cukup diminati. 

"Mau kondangan bingung nggak ada pendamping? Di sini solusinya."

Nah lo, rupanya memang ada manusia-manusia yang merasa insecure ketika datang ke acara kondangan sendirian. Padahal kalaupun datang sendirian terus kenapa gitu ya? Kan tinggal datang, isi buku tamu, masukin amplop, makan, lalu pulang. Nggak wajib salaman sama pengantin juga kalau antreannya terlalu panjang.

Ada pula sebuah akun yang mengklaim banyaknya manfaat dari kegiatan menyewa pacar. Nggak perlu ribet PDKT, nggak perlu komitmen, teman curhat yang baik, teman di kala sepi, dan jaminan menjaga privasi.

Bahaya di balik jasa sewa pacar

Rata-rata akun jasa sewa pacar menyatakan tidak memfasilitasi hal lebih yang menjurus pada kontak seksual. Jika diketahui ada kegiatan seksual dan bahkan melalui pemaksaan, maka si penyedia jasa akan melakukan black-list kepada client maupun pemutusan hubungan kerja terhadap talent.

Namun, bagaimanapun sangat susah mendeteksi kegiatan yang sudah berada di ranah privat antara dua orang manusia. Inilah yang berbahaya dari jasa tersebut, terlebih jika disalahgunakan maupun hanya menjadi kedok jasa yang lebih dari sekedar "pacaran".

Belum lagi risiko kejahatan lainnya. Ketika si client terbawa suasana dan merasa nyaman, mungkin saja ada upaya kejahatan terselubung. Bayangkan pula andai semua data diri kita bisa beralih ke orang lain yang hanya jadi pacar sementara.

Mengedepankan alasan "kesepian", jasa ini seolah menjadi solusi bagi anak-anak muda yang merasa butuh perhatian, butuh ada yang kirim WA, butuh ada teman teleponan, hingga ada yang ingin merasakan sensasi dipanggil dengan sebutan "sayang".

Menilik fenomena ini, peran orangtua menjadi sangat vital. Orangtua harus paham benar hal-hal yang dilakukan anak-anaknya serta lingkungan pergaulannya, khususnya yang sudah beranjak remaja. 

Paparan soal anggapan "kalau belum pacaran belum keren", ternyata sudah demikian merebak dan tak jarang ada remaja yang dibully teman-temannya karena belum berani pacaran. Hal ini juga menjadi salah satu mengapa jasa sewa pacar bisa berkembang.

Padahal, menyewa "pacar" maupun pacaran beneran pun, belum tentu bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi seseorang. Alangkah lebih baik pikiran-pikiran negatif yang hinggap dalam diri seseorang dapat disalurkan ke energi positif untuk berkarya atau menambah kemampuan diri dan pengalaman.

Bagaimanapun menyewa "pacar" adalah tindakan konyol dan penyedia jasanya bisa dikatakan juga "aneh dan tidak bertanggung jawab" karena menyediakan wadah untuk orang-orang menjalani kepalsuan dan hal yang sia-sia.

Saya bahkan tak bisa membayangkan bagaimana percakapan yang terjadi ketika saat habis masa sewa pacar. 

"Sayang, besok kita putus ya? Soalnya aku nggak mau perpanjang sewa, belum dapat uang bulanan dari Mama," nah aneh kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun