Demikian juga kawasan TOD CSW di daerah Kebayoran Baru. Kita harus berjalan kaki beberapa menit saat turun dari halte transjakarta yang terletak di empat titik yang berbeda dan hendak lanjut naik MRT Jakarta di Stasiun ASEAN.
Meskipun sudah terintegrasi dengan bangunan TOD yang megah, tapi bangunan yang didesain terdiri dari banyak lantai dan jaraknya cukup lumayan, bakal memaksa penumpang yang berpindah moda harus jalan kaki terlebih dulu.
Sebagai salah satu anker alias anak kereta yang tiap hari mengandalkan transportasi publik untuk bekerja, sepertinya saya memiliki rerata langkah kaki di atas rata-rata orang Indonesia yang dipublish oleh peneliti Stanford University yaitu 3.513 langkah setiap harinya.
Saya memang belum menghitung keseluruhan langkah saya dalam sehari penuh. Tapi berdasarkan aplikasi pedometer saat menghitung langkah saat turun dari KRL di Stasiun Bojonggede menuju penitipan sepeda motor langganan saya yang berada di luar stasiun, hasilnya adalah 576 langkah.
Itu belum menghitung langkah kaki saya ketika berangkat kerja. Titik awal dari penitipan motor ke dalam stasiun yang peronnya memanjang.
Kemudian lanjut turun di Stasiun Manggarai untuk transit berpindah kereta. KRL dari arah Bogor berhentinya di peron lantai paling atas. Saya harus jalan kaki menuju dua lantai ke bawah sambil menyusuri peron.
Perkiraan saya, untuk transit di Stasiun Manggarai seseorang butuh jalan kaki sekitar 400 meter. Jalan kakinya bahkan sambil desak-desakan kalau di jam sibuk.
Setelahnya saya naik KRL dan turun di Stasiun Sudirman. Jarak sekitar 500 meter harus saya lahap lagi untuk menuju Stasiun MRT Dukuh Atas. Jarak itu bisa nambah jika saya merasa perlu jajan dulu nyari sarapan di sekitar Dukuh Atas.