Hobi suami harus melalui izin istri? Ah, berlebihan banget. Suami macam apa yang sekedar punya hobi saja perlu melalui proses ACC istri?
Nggak berlaku buat saya yang sudah menikah selama 13 tahun.
Terus terang, saya cukup bahagia dan bangga punya istri yang sangat pandai. Maksudnya, pandai memilih pasangan seperti saya. Eaa...
Dia selalu bilang "oke" apapun keinginan saya. Nggak ada tuh ngelarang-ngelarang. Nggak ada pula pakai acara curiga-curigaan. Menyenangkan bukan?
"Sayang, kayaknya enak ya kalau punya hobi motocross gitu?" ujar saya suatu ketika, sambil menunjukkan sebuah video di Instagram.
"Ya udah nggak papa, silakan aja kalau mau motocross-an," ucapnya.
Asyik kan? Langsung direstui. Tapi masalahnya, beli motor Beat satu saja saya masih mikir cara bayar kreditannya dan belum kebeli sampai sekarang, apalagi bisa punya motocross.
Rupanya istri saya sudah paham kemampuan saya. Apapun keinginan saya bakal di-iyain aja, tapi ujung-ujungnya saya nggak bakal mampu juga melakukannya.Â
Di satu sisi, saya juga punya jiwa berpetualang yang cukup lumayan. Saya sangat suka jika punya kesempatan jalan-jalan, wisata, dan menjelajah daerah baru. Tapi sejauh ini sih saya hanya bisa mengunjungi tempat baru kalau sekalian ada tugas dari tempat kerja. Aji mumpung gitu deh, walaupun jarang.
"Wah asyik nih kalau bisa keliling dunia travelling, boleh nggak Say?"
"Oh, boleh tentu saja, kapan?"
Nah, kalau dia balik nanya gitu jelas saya susah jawabnya. Saya merasa bisa punya hobi travelling, tapi kok duit di tabungan nggak bisa diajak kerja sama.
Walhasil, cuma mau pergi ke Puncak saja dari dulu cuma wacana. Terlebih saat baca berita kalau secangkir kopi sasetan dan jagung bakar di Puncak bisa dihargai sampai 100 ribu rupiah.
Lain hari saya merasa nggak perlu minta restu soal hobi kepada istri. Saya bertekad kembali menekuni hobi fotografi yang sempat padam gara-gara kamera DSLR jadul saya rusak karena jamuran.
Eh, giliran nongkrong di kawasan Sudirman untuk jeprat-jepret ala street fotografer, saya malah minder sendiri gara-gara cuma bawa smartphone berkamera. Sedangkan yang lain tampak keren-keren dengan kamera mahal beserta perlengkapannya.
"Jangan menyerah dong Beb, beli aja kamera yang bagus," ujar istri saya mencoba menenangkan saya.
Namun, sampai detik ini sejak lima tahun lalu dia meminta saya membeli kamera bagus agar saya serius menekuni hobi foto, ternyata barang impian itu tak kunjung terbeli juga. Nasib deh.
Berkali-kali gagal untuk memiliki hobi yang terlihat keren, membuat saya bingung sendiri kalau ditanya soal hobi. Saya punya banyak minat dan keinginan, istri pun merestui dan tidak berkeberatan, tapi masalah klasik soal pendanaan untuk kelancaran hobi sampai sekarang tidak bisa saya pecahkan.
Oke deh, kalau gitu cari hobi yang gratisan saja. Kan, tidak semua hobi harus mengeluarkan banyak uang.
"Say, besok aku ikutan futsal ya sama temen kantor?" ucap saya.
"Oke, silakan aja, tapi anaknya dibawa yaaa...." jawabnya.
Nah, ini dia, ternyata ada syarat dan ketentuan berlaku.
Okelah kalau gitu, bawa anak ke lapangan futsal apa susahnya. Sebagai bapak-bapak masa kini, saya sih tidak masalah.
Eh, begitu sampai lapangan futsal dan mencoba beberapa menit main, kok berat juga ya? Nafas terasa pendek, ngos-ngosan banget dan langkah kaki ini terasa berat melangkah. Saya baru menyadari bahwa stamina sudah tak seperti dulu lagi.
Dulu saja ngos-ngosan, apalagi sekarang udah punya anak dua.
Nafsu besar, nafas tidak mendukung.
Selesai futsal, saya dihadapkan dengan permasalahan baru. Si kecil yang saya ajak menemani, mulai merengek minta jajan ini dan itu. Teh botol lah, boba lah, wafer lah, chiki lah, apa lah.
Lho, ternyata boros juga ya ikutan futsal sambil bawa anak?
Sejak saat itu saya mulai mengundurkan diri dari dunia futsal. Terlebih ketika sepatu futsal KW milik saya sudah jebol dan solnya mangap. Mau beli sepatu baru tentu mikir lagi.
Pada akhirnya, saya memilih hobi yang "aman-aman" saja. Misalnya nulis artikel, masak nasi goreng hingga jemur baju serta menyiram tanaman di akhir pekan.
Sudah cukup untuk mengimbangi hobi istri, yaitu nonton drama Korea. Selesai nonton drama, istri saya bakal disuguhi nasi goreng telor spesial buatan saya. Enak toh jamanku...?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H