Melakukan servis rutin dan ganti oli secara berkala merupakan salah satu kunci mempertahankan performa sepeda motor. Hanya saja, memilih bengkel yang tepat, terpercaya dan tentunya ramah di kantong, tidaklah semudah yang dibayangkan.
Terlebih jika kita memiliki sepeda motor jadul. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan pemilik motor jadul sebelum membawa ke bengkel resmi pabrikan.
Sebagai pemilik dua sepeda motor lawas, yakni Honda Astrea Grand Bulus tahun 1991 dan Honda Revo keluaran tahun 2011, bengkel langganan saya sudah pasti bukanlah bengkel resmi. Melainkan bengkel kecil pinggir jalan yang kadang mekaniknya justru memakai topi Satpol PP, dan bukannya seragam mekanik pabrikan motor.
Setiap dua bulan sekali saya membawa motor-motor itu ke bengkel kecil langganan saya untuk servis sekaligus ganti oli. Sudah delapan tahun saya menjadi pelanggan tetapnya.
Lalu apa pertimbangan saya mempercayakan sepeda motor jadul saya ke bengkel kecil nan sempit yang bahkan tidak memiliki ruang tunggu khusus seperti bengkel resmi?
Pertama adalah soal biaya tentunya. Pemilik motor lawas, dengan umur motor 10 tahun lebih dan bukan termasuk kolektor, bisa dibilang memang tipe orang yang memiliki keterbatasan anggaran untuk perawatan motor. Soalnya kalau banyak duit kan lebih baik ganti motor baru tiap 5 tahun.
Biaya servis di bengkel nonresmi tentu jauh berbeda dengan bengkel resmi. Lebih murah dan bisa tanya-tanya dulu perkiraan ongkos ketika ada masalah spesifik pada motor.
Motor lawas atau jadul sudah pasti rentan masalah. Onderdilnya jika sudah masuk usia kritis tentu harus diganti. Bayangkan saja berapa banyak biaya yang dibutuhkan andai mengganti suku cadang sekaligus servis di bengkel resmi.
Saat menemukan permasalahan yang menuju pada kesimpulan harus mengganti onderdil tertentu, pemilik bengkel ataupun mekanik biasanya akan menawarkan saya untuk menggantinya atau tidak. Jika ganti, pakai onderdil asli atau KW-nya.
Pihak bengkel juga akan menyebutkan sisi keunggulan dan kelemahan onderdil asli maupun KW-nya. Bahkan bilamana perlu, pakai onderdil bekas layak pakai bisa menjadi solusi sementara.
Hal ini tentu beda andai di bengkel resmi. Onderdil yang ditawarkan pastinya harus asli. Bahkan, untuk onderdil motor keluaran tahun lawas lebih banyak stok kosong karena memang jarang motor tahun lama yang rutin datang ke bengkel resmi.
Sedangkan di bengkel kecil langganan saya, si pemilik bengkel justru mempersilakan pelanggannya untuk membeli sendiri onderdil yang dibutuhkan, entah itu beli di bengkel lain atau beli online.
Pertimbangan kedua adalah soal kepercayaan. Ketika di bengkel resmi, mekaniknya adalah pegawai bengkel yang bisa jadi bakal kerap berganti. Sedangkan di bengkel kecil yang sudah langganan, biasanya pelanggan sudah mengenal baik mekanik hingga pemiliknya.
Jika terlanjur sudah ada saling percaya, tentu lebih nyaman saat sepeda motor kita ditangani. Pihak bengkel juga pastinya enggan melakukan tipu-tipu agar belanja kita menjadi lebih banyak.
Sebenarnya ada hal mendasar lainnya yang membuat saya lebih memilih bengkel kecil dibandingkan bengkel resmi, selain kedua pertimbangan di atas. Hal itu, tak lain dan tak bukan adalah rasa "tahu diri" sebagai pengguna motor lawas.
Ya, saya harus "tahu diri" bahwa motor saya kemungkinan besar "minder" berdampingan dengan motor-motor mahal keluaran terbaru yang tengah antre servis.
Saya juga memiliki pengalaman kurang mengenakkan ketika dulu pernah membawa motor Astrea Grand saya ke bengkel resmi.
Lha, bisa-bisanya si mekanik yang terbilang masih muda usia justru kebingungan ketika diminta menangani servis motor saya. Rupanya ia tidak terbiasa dengan teknologi sederhana nan jadul motor jenis Astrea Grand.
Mekanik kemarin sore itu kemudian meminta bantuan rekannya yang lebih senior, sambil memperlihatkan gesture geleng-geleng kepala dan cekikikan. Emang deh, kadang-kadang tuh penyedia jasa kurang bisa menghargai perasaan konsumen.
Pengalaman itulah yang kemudian membuat saya lebih mempercayai bengkel kecil pinggir jalan.
Tidak ada sinisme ketika siapapun datang dan apapun jenis motornya, lalu kemudian ternyata ujungnya hanya nanya-nanya doang harga servis maupun onderdil karena uangnya belum cukup.
Memang tidak semua bengkel kecil pinggir jalan amanah, profesional dan bisa dipercaya. Menemukan bengkel sepeda motor seperti itu susah-susah gampang, bak mencari jodoh.
Namun, ketika sudah ketemu yang pas dan cocok, sebaiknya jadikan langganan tetap. Cari tahu pula bagaimana tingkat kepuasan para pelanggan lainnya. Jika oke, apa salahnya setia dengan bengkel kecil, walaupun terkesan tempatnya tidak rapi dengan ceceran oli di mana-mana.
Bagi saya, menunggu servis motor di bengkel kecil pinggir jalan disertai alunan musik dangdut koplo, adalah salah satu kegiatan healing yang menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H