Pihak bengkel juga akan menyebutkan sisi keunggulan dan kelemahan onderdil asli maupun KW-nya. Bahkan bilamana perlu, pakai onderdil bekas layak pakai bisa menjadi solusi sementara.
Hal ini tentu beda andai di bengkel resmi. Onderdil yang ditawarkan pastinya harus asli. Bahkan, untuk onderdil motor keluaran tahun lawas lebih banyak stok kosong karena memang jarang motor tahun lama yang rutin datang ke bengkel resmi.
Sedangkan di bengkel kecil langganan saya, si pemilik bengkel justru mempersilakan pelanggannya untuk membeli sendiri onderdil yang dibutuhkan, entah itu beli di bengkel lain atau beli online.
Pertimbangan kedua adalah soal kepercayaan. Ketika di bengkel resmi, mekaniknya adalah pegawai bengkel yang bisa jadi bakal kerap berganti. Sedangkan di bengkel kecil yang sudah langganan, biasanya pelanggan sudah mengenal baik mekanik hingga pemiliknya.
Jika terlanjur sudah ada saling percaya, tentu lebih nyaman saat sepeda motor kita ditangani. Pihak bengkel juga pastinya enggan melakukan tipu-tipu agar belanja kita menjadi lebih banyak.
Sebenarnya ada hal mendasar lainnya yang membuat saya lebih memilih bengkel kecil dibandingkan bengkel resmi, selain kedua pertimbangan di atas. Hal itu, tak lain dan tak bukan adalah rasa "tahu diri" sebagai pengguna motor lawas.
Ya, saya harus "tahu diri" bahwa motor saya kemungkinan besar "minder" berdampingan dengan motor-motor mahal keluaran terbaru yang tengah antre servis.
Saya juga memiliki pengalaman kurang mengenakkan ketika dulu pernah membawa motor Astrea Grand saya ke bengkel resmi.
Lha, bisa-bisanya si mekanik yang terbilang masih muda usia justru kebingungan ketika diminta menangani servis motor saya. Rupanya ia tidak terbiasa dengan teknologi sederhana nan jadul motor jenis Astrea Grand.
Mekanik kemarin sore itu kemudian meminta bantuan rekannya yang lebih senior, sambil memperlihatkan gesture geleng-geleng kepala dan cekikikan. Emang deh, kadang-kadang tuh penyedia jasa kurang bisa menghargai perasaan konsumen.