Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Lagi Naik Daun, Tiba-tiba Bisnis Thrifting Harus Tiarap

26 Agustus 2022   17:07 Diperbarui: 27 Agustus 2022   09:08 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thrift Shop (foto pexels.com/cottonbro)

Bisnis thrifting atau pakaian bekas impor yang sedang tren belakangan ini, tiba-tiba harus tiarap. Beberapa toko pakaian bekas impor atau yang dikenal dengan istilah thrift shop, terlihat sepi dan menutup tokonya belakangan ini.

Salah satu penyebabnya adalah gebrakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang beberapa waktu lalu memusnahkan pakaian bekas impor sebanyak 750 bal bernilai Rp 8,5 miliar hingga Rp 9 miliar, di salah satu gudang sewaan di Karawang, Jawa Barat.

Langkah memusnahkan pakaian impor bekas ini sejalan dengan aturan larangan impor pakaian bekas yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.

Selain itu, Kemendag beralasan pada bahaya adanya risiko dampak buruk bagi kesehatan pemakainya.

Mendag Zulkifli Hasan Musnahkan 750 Bal Pakaian Bekas dari Impor (Sumber: Kompas.com/Humas Kemendag)
Mendag Zulkifli Hasan Musnahkan 750 Bal Pakaian Bekas dari Impor (Sumber: Kompas.com/Humas Kemendag)

Sebuah thrift shop di daerah Bojonggede, Kabupaten Bogor, sepertinya juga terkena dampak dari berhentinya pasokan pakaian bekas impor. Toko yang biasanya ramai disambangi pengunjung, bahkan dari luar kota, seperti dari Depok, kini seolah-olah berhenti beroperasi.

Thrift shop yang mengandalkan jualan berupa sweater, jaket, hoodie, dan t-shirt bermerk itu juga tak lagi beraktivitas di Instagram. Seperti lazimnya thrif shop yang berjualan offline sekaligus online, mereka biasanya juga sering melakukan siaran langsung atau live melalui Instagram. Sehingga wajar jika memiliki pelanggan hingga luar kota.

Namun, semua itu seolah terhenti akibat tindakan tegas Kemendag memusnahkan pakaian bekas impor.

"Rugi Mas sekarang, yang dibakar di Karawang itu termasuk punya saya," ujar seorang rekan yang menggeluti bisnis thrifting.

Ia harus merelakan jutaan rupiah melayang gara-gara bal (karung berisi pakaian bekas impor) yang ia pesan dari pihak importir, ikut ludes dimakan api. Bisnis yang ia rintis pun kini terpaksa tiarap dan tidak bisa jalan karena tidak ada pasokan.

--

Fenomena thrifting memang tengah naik daun, terutama di kalangan anak muda. Walaupun bekas, pakaian impor sangat diminati karena dengan harga yang terjangkau bisa mendapatkan pakaian bermerk yang masih layak pakai.

Misal sweater yang harga barunya di kisaran 1 juta, kalau beruntung bisa kita dapatkan dengan harga cuma 100 ribu rupiah. Soal kotor atau bau apek, apa susahnya mencuci bersih dengan terlebih dulu merendam di air panas? Itulah trik yang biasanya dilakukan oleh penggemar thrifting.

Kegiatan berburu thrifting di pasar atau di toko, sebenarnya juga menjadi kegiatan yang dinilai mengasyikkan dan memiliki nilai sensasi yang berbeda. Kita harus memilih pakaian impor secara detail dan teliti untuk menemukan pakaian yang benar-benar masih dalam kondisi bagus dan layak pakai.

Misalnya kancingnya masih utuh atau tidak, keasliannya dapat dibuktikan melalui label atau tidak, serta mempertimbangkan adakah kondisi seperti robek hingga noda.

Pernah suatu waktu saya menemukan jaket bermerk yang masih dalam kondisi bagus, tetapi ketika diperhatikan lagi secara seksama, ternyata ada bagian resleting yang patah. Saat menunjukkan hal itu kepada penjualnya, ia bahkan rela menurunkan harga karena kondisi tersebut.

Ya, saya sendiri memang pernah beberapa kali membeli pakaian thrifting. Soalnya seru berburunya, puas juga jika dapat pakaian yang masih bagus dengan harga murah.

---

Nah, dengan kondisi saat ini ketika banyak pebisnis thrifting shop tiarap, apakah akan serta merta membuat konsumen beralih ke produk fashion lokal?

Langkah Kemendag sendiri tentu saja juga memiliki tujuan agar produk fashion lokal berjaya di dalam negeri. Tetapi menyimpulkan bahwa anak muda serta merta akan beralih ke produk pakaian dalam negeri karena pelaku usaha thrifting digencet, tentu masih menjadi kesimpulan yang terlalu dini.

Faktanya ada permasalahan yang seolah belum dijamah soal bisnis fashion dalam negeri, yaitu pembajakan merek dan desain. Tak susah menemukan pakaian berlogo "branded" dengan harga murah dan dipastikan palsu. Juga sangat mudah menemukan desain kaos yang merupakan jiplakan dari brand lokal ternama.

Sayangnya sepertinya belum pernah tersiar kabar ada gudang pakaian KW atau palsu yang digerebek atau dimusnahkan.

Inikah yang dinamakan melindungi industri lokal?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun