Meredanya demam Citayam Fashion Week (CFW) membuat kawasan Taman Dukuh Atas, Jakarta Pusat, tak lagi ramai seperti suasana bulan Juli lalu.Â
Saat CFW sedang hangat-hangatnya, tiap hari, tiap sore hingga larut malam, kawasan ini sangat luar biasa ramai didatangi oleh pengunjung dari berbagai daerah.
Tak hanya dari Citayam, Bojonggede dan Depok saja, seperti awal mula viralnya istilah SCBD, tetapi nyatanya Dukuh Atas menjadi magnet berbagai kalangan, termasuk para selebritis, pembuat konten, hingga pejabat.
Kini, kawasan Taman Dukuh Atas berangsur-angsur mulai normal kembali. Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi beberapa hari ini, khususnya sore dan malam hari, trotoar di sekitar taman yang semula selalu dipadati oleh orang-orang, sekarang terlihat seperti trotoar pada umumnya.
Tak lagi dipenuhi kerumunan orang-orang. Hanya beberapa gelintir orang ngumpul, sekedar berfoto atau membuat konten. Tapi tak seperti saat CFW mewabah, kini jumlah aktivitas seperti itu terlihat hanya beberapa saja. Tak terlihat lagi para awak media dan pengunjung yang biasanya terlihat menenteng peralatan kamera berukuran besar.
Pengunjung yang tersisa, hanya duduk-duduk di area taman, jumlahnya juga cukup sedikit dan tidak menimbulkan kerumunan seperti waktu CFW masih banyak dibahas orang.
Sementara lalu lalang orang di trotoar adalah mereka yang benar-benar menuju area Stasiun MRT Dukuh Atas, Stasiun KA Bandara BNI City maupun Stasiun KRL Sudirman. Terutama saat sore di jam sibuk ketika para pekerja pulang kantor, keberadaan merekalah yang mewarnai kawasan ini.
Lalu bagaimana nasib zebra cross legendaris yang sempat menjadi daya tarik utama karena keberadaaannya dijadikan arena catwalk?
Pantauan terkini, di masing-masing ujung zebra cross, tepatnya di sisi trotoar, dipasang road barrier atau pembatas jalan. Hal ini dilakukan agar pengunjung mikir seribu kali jika mau bikin konten jalan lenggak-lenggok di atas zebra cross. Tentu si kameramen bakal kesulitan merekam sambil jalan mundur. Salah-salah malah nubruk road barrier tadi.
Petugas yang berjaga, Satpol PP maupun dari Dinas Perhubungan, tampak berjaga di pos yang berjarak beberapa meter dari area zebra cross. Mereka akan memastikan tak ada lagi penyalahgunaan fungsi zebra cross menjadi area foto-foto dan bergaya ala model.
Pudarnya CFW itu sendiri seiring banyak kontroversi yang melingkupinya. Pelarangan penggunaan zebra cross sebagai area catwalk adalah salah satunya.
Memindahkan CFW ke area lain terbukti tidak lagi menarik. Ada upaya memindahkan ke Sarinah, Kuningan, hingga tawaran Pemkot Depok untuk menjadikan ruang publik di Depok sebagai tuan rumah CFW nyatanya hanya menuai lebih banyak cibiran.
CFW tanpa Dukuh Atas apalah artinya. CFW tanpa zebra cross di Jalan Tanjung Karang, Dukuh Atas juga tiada gregetnya. Maka bersiaplah, beberapa saat lagi CFW bakal menjadi salah satu fenomena viral yang hanya dibicarakan lagi ketika sedang membahas masa lalu.
Mengembalikan Fitrah Taman Dukuh Atas
Taman Dukuh Atas dibuka 2019 silam seiring keberadaan Stasiun MRT Dukuh Atas. Menjadi bagian dari kawasan Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas yang terkoneksi dengan beragam transportasi publik seperti KRL, KA Bandara, MRT, Transjakarta hingga LRT nantinya.
Sistem TOD ini mengintegrasikan beberapa titik transit, area komersial, perkantoran, hingga permukiman. Semua area tersebut dapat mudah dijangkau dengan menggunakan transportasi publik yang tersedia.
Keberadaan TOD juga diharapkan mendorong beralihnya pola transportasi masyarakat. Peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi yang rentan terkena macet dan biaya bahan bakar tinggi, ke arah penggunaan transportasi publik yang menjangkau tempat-tempat TOD cantik, strategis, dan estetis seperti halnya di Dukuh Atas ini.
Sebagai area penghubung yang dikemas dalam bentuk taman atau area kongkow-kongkow, Taman Dukuh Atas memang sangat strategis dan menyenangkan. Orang dari berbagai penjuru daerah sekitar Jabodetabek sangat mudah mengaksesnya.
Itulah salah satu alasan kenapa anak-anak dari pinggir ibu kota, seperti Citayam, Bojonggede dan Depok menjadikan kawasan ini sebagai area nongkrong. Tinggal sekali bayar tiket KRL maksimal lima ribu rupiah, sudah bisa sampai di kawasan ini.
Taman Dukuh Atas juga diperuntukkan sebagai titik temu. Mau bertemu dengan rekan yang berbeda daerah tempat tinggal, cukup janjian di Taman Dukuh Atas, pasti gampang ketemunya.
Kini, ketika fenomena CFW sudah mulai memudar, saatnya Taman Dukuh Atas kembali ke fitrahnya sebagai fasilitas pendukung TOD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H