Kemudian dilihat sisi interiornya, bagian atap serta hand grip atau pegangan tangan, terlihat modern dan kinclong. Sementara pada rata-rata KRL bekas Jepang, nuansa kelam dan jadul lebih terasa.Â
Satu hal lagi yang membedakan adalah bangku penumpang. Bangku KRL bikinan Inka terasa lebih empuk dan nyaman diduduki. Ukurannya lebih panjang karena memiliki kapasitas untuk 12 orang duduk berjejer. Berbeda dengan KRL Jabodetabek yang rata-rata memiliki kapasitas 6 orang dalam satu bangku panjang.Â
Dari sisi layanan KRL Joglo hari itu, perjalanan termasuk lancar. Tidak ada kendala yang terjadi selama perjalanan.Â
Para penumpang enjoy menikmati perjalanan dari Yogyakarta ke Solo yang secara keseluruhan behenti atau melewati sebanyak 11 stasiun. KRL pun tiba di Stasiun Solo Balapan tepat waktu pada jam 16.10 WIB.Â
Inilah era baru transportasi di daerah Yogyakarta-Solo yang sebelumnya lebih dikenal melalui kereta diesel Prameks atau Prambanan Ekspres. Keberadaan KRL Joglo yang berhenti di stasiun-stasiun kecil di wilayah Klaten yang semula mati suri, sudah pasti menjadi keuntungan bagi masyarakat setempat untuk menunjang aktivitas.
Saya sendiri yang sudah sekian tahun tidak menyambangi Kota Solo, mendadak tercengang dengan perubahan Stasiun Solo Balapan yang menjadi pemberhentian akhir KRL.Â
Kesan lebih modern dan penambahan berbagai fasilitas membuat Stasiun ini terasa lebih hidup. Walaupun tak dapat dipungkiri masih tersisa nuansa klasik nan vintage.Â