KRL Commuterline dan MRT Jakarta melakukan penyesuaian aturan pada bulan Ramadan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, penumpang diperbolehkan makan dan minum pada waktu berbuka puasa.
Para penumpang itu biasanya adalah para pekerja yang terpaksa tidak bisa pulang tepat waktu untuk berbuka puasa di rumah masing-masing bersama keluarga.
Hanya saja, saat ini bulan Ramadan masih berada di masa pandemi, yang artinya mau tidak mau ada semacam pemakluman ketika penumpang diperkenankan membuka masker untuk beberapa saat.
Walaupun diperbolehkan makan dan minum pada saat waktu Maghrib tiba, hal itu sekadar untuk membatalkan puasa. Bukan berarti penumpang boleh sesuka hati mengeluarkan bekal dan makan berat misalnya nasi uduk maupun nasi padang.
Soal ini, aturan di MRT Jakarta lebih ketat dan jelas. Penumpang diperbolehkan membatalkan puasa menggunakan kurma dan air mineral. Bukan yang lain. Itupun waktunya dibatasi maksimal 10 menit.
Tidak boleh ada roti, gorengan, serta buah-buahan lain selain kurma. Minumannya juga harus air mineral, bukan teh panas, es teh, kopi, kolak ataupun es teler.
Kok bisa?
Meskipun tidak dijelaskan alasannya oleh pihak MRT Jakarta, tetapi aturan tersebut sebenarnya bisa dimaklumi. Saat ini durasi perjalanan MRT Jakarta masih tergolong singkat. MRT jelas bukan warung atau restoran tempat makan.
Alasan kenapa harus kurma juga sebaiknya dipahami sebagai antisipasi pihak MRT terhadap sisa atau remahan makanan yang bisa saja tercecer tanpa sengaja. Semacam roti dan gorengan bisa saja menimbulkan remahan. Sedangkan kurma, meski menyisakan biji, tetapi potensi menimbulkan remahan lebih minim dibandingkan makanan lain.
Nah, dari remahan itu jika luput dari pembersihan, maka bisa memicu binatang-binatang kecil seperti semut, kecoa atau jenis serangga lainnya muncul. Mereka bisa saja hidup di sela-sela komponen kereta dan tentu bisa menimbulkan potensi bahaya serta kerusakan.