Sore itu lalu lintas di Jalan Baru Pemda Cibinong, Kabupaten Bogor, tampak kian ramai oleh kendaraan. Orang-orang tampaknya sengaja keluar rumah untuk ngabuburit. Seiring dengan penjaja takjil yang bermunculan dan menempati tempat-tempat strategis di pinggir jalan.
Untungnya, gerimis kecil dan mendung yang semula menyapa, urung berubah menjadi hujan. Cuaca sore itu pun terasa adem.
Seorang pria tua, dengan rambutnya yang telah memutih, terlihat duduk di pinggir jalan. Ada sesuatu yang menarik dari dirinya.
Ia terlihat menggerak-gerakkan tangannya, memutar-mutar sebuah benda yang melambai-lambai karena gerakannya. Rupanya bapak itu tengah memeragakan sebuah mainan tradisional di tangannya.
Mainan itu terbuat dari lidi yang panjang, dililit oleh kertas krep berwarna-warni, dan ketika digerak-gerakkan memutar maupun zig-zag akan menimbulkan efek gerakan yang indah.
Saya teringat dengan tongkat pita putar yang lazim digunakan oleh penari balet sebagai salah satu alat penunjang keindahan gerakan. Tetapi, mainan yang dipegang oleh Bapak tua tersebut jelaslah bukan buatan pabrik seperti yang digunakan para pebalet.
"Ini namanya warna-warni," ucapnya.
"Apa Pak?"
"Warna-warni," ujarnya polos.
Saya sedikit mengernyitkan dahi mendengar nama mainan tersebut. Tapi, ah sudahlah. Apalah arti sebuah nama. Walau tanpa nama pun, anak-anak pasti senang memainkannya.