"Kalau mereka temenan, Rusia takut nanti senjatanya Amerika ditaruh di Ukraina. Kata Rusia bahaya, mereka enggak suka..."
"Ih, kok kayak temen aku ya? Dia marah kalau aku lagi main temenan sama yang lain..."
Sebenarnya tidak mudah juga menjelaskan tentang konflik dunia kepada seorang anak kecil. Sebab, bisa jadi kata-kata penjelasan dari orang tua bakal terekam dalam memorinya dan menjadi dasar dari sudut pandangnya kelak jika dewasa.
Namun, berdiskusi tentang topik "berat" seperti Rusia-Ukraina ini bisa kita arahkan menjadi semacam pembelajaran yang positif. Maka menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua untuk menjelaskan dengan baik.Â
Tak perlu menolak diskusi soal tema dewasa seperti ini, karena jika kita mengelak dengan kalimat seperti "ngapain nanya-nanya perang, itu urusan orang dewasa", maka bisa saja ia justru mendapat referensi salah tentang situasi perang.
"Bagaimanapun perang itu tidak baik, apapun alasannya. Gara-gara perang, orang-orang yang tidak bersalah bisa jadi korban, kan nggak baik bukan?"
"Iya Yah, kasihan ya Yah?" ucapnya.
Saya pun mencoba menjelaskan dengan bahasa sesederhana mungkin bahwa perang bisa berakibat susahnya mencari makanan, sulit bekerja, dan anak-anak kecil tidak bisa bersekolah. Â Jadi perang itu bukan jalan yang baik. Kalau ada masalah sebaiknya bicara baik-baik.
"Kalau Ukraina sih aku suka namanya, bagus... Ukraina, tapi Ayah tahu nggak bendera Ukraina tuh warna apa?" tanyanya lagi.
"Emm, kuning apa ya? Coba deh kamu buka buku Atlas kan ada," ujar saya.
Dia pun bergegas membuka buku Atlas, sebuah buku yang juga jadi andalan saya saat sekolah dulu.
"Mana ya Yah? Ukraina.... Oh, ini Yah, benderanya warna biru dan kuning," ucapnya senang.