Simpang CSW di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan kini menjadi ikon baru ibu kota. Rampungnya pembangunan integrasi antar moda di lokasi tersebut menuai decak kagum orang yang melihatnya.
Namun, siapa sangka dulunya akses menuju halte transjakarta CSW 1 menuai kritik masyarakat di tahun 2017. Saat itu sempat viral kabar bahwa seorang warga mencoba menaiki anak tangga sebanyak 117 hanya untuk mencapai lokasi halte yang melayani rute Transjakarta koridor 13. Halte tersebut memang seolah berada "di atas awan", di tengah jalan layang Ciledug-Tendean.
Karena dinilai terlalu tinggi dan susah diakses calon penumpang, halte Transjakarta tersebut sempat lama tidak kunjung beroperasi. Padahal bagi penumpang yang hendak menuju maupun dari arah Ciledug, sudah sangat dinanti-nanti.
Betapa tidak? Mengingat bakalan sangat melelahkannya membelah kemacetan jika menggunakan jalur biasa ke arah Ciledug dari Kebayoran Baru.
Hingga tahun 2019 ketika Stasiun MRT ASEAN hadir, mulai terlihat titik terang integrasi antar moda. Sayembara desain pembangunan integrasi pun digelar guna menghasilkan desain yang menarik sekaligus ramah diakses oleh semua kalangan.
Maka jadilah Simpang Temu CSW yang menghubungkan moda bus Transjakarta dengan MRT Jakarta. Sejak akhir Desember 2021 lalu skybridge dan halte-halte baru untuk Transjakarta yang menghubungkan kedua moda sudah mulai dibuka untuk umum.
Nama CSW sendiri semula merupakan singkatan dari Centrale Stichting Wederopbouw, merujuk pada nama yayasan tempo dulu yang dibentuk sebagai pelaksana pembangunan kota baru di Onderdistrict Kebajoran Ilir. Kini seiring wajah baru menjadi kawasan integrasi antar moda, CSW dinamai sebagai Cakra Selaras Wahana.
Letak simpang CSW memang sangat strategis, mempertemukan Jalan Sisingamangaraja dengan Jalan Trunojoyo. Sisi kedua jalan tersebut banyak bangunan penting, sebutlah Gedung Sekretariat ASEAN dan Kejaksaan Agung. Tak jauh dari situ terdapat pula gedung Mabes Polri, Kementerian ATR/BPN hingga Kementerian PUPR.
Selain kawasan perkantoran, dari CSW kita juga tinggal melangkahkan kaki menuju kawasan nongkrong legendaris Blok M dan Melawai. Kawasan tersebut jelas tidak kekurangan destinasi kuliner yang bikin ngiler dan tentu saja enak buat kongkow-kongkow.
Saat ini, tampilan megah kawasan Simpang Temu CSW mampu memberikan beberapa manfaat sekaligus. Manfaat utama jelas mempermudah akses bagi pengguna transportasi umum yang ingin berpindah jurusan, maupun pindah antar bus dengan MRT.
Tak ada lagi cerita tentang anak tangga curam yang bikin ngeri dan lutut bergetar. Saat memasuki area dalam skybridge, kita bisa menggunakan eskalator maupun lift yang disediakan.
Terlihat pula area penjualan yang sepertinya ke depan bakal lebih semarak. Saat ini yang tersedia masih terbatas jualan merchandise klub Persija.
Kawasan ini kemudian justru menjadi magnet atau semacam tujuan wisata itu sendiri. Desain unik, bangunan baru hingga lima lantai, serta aneka mural yang menawan, seolah menjadi surga bagi pengunjung untuk berfoto ria. Anak muda sekarang menyebutnya dengan istilah spot kekinian yang instagramable.
Hanya saja, saking banyaknya pintu masuk dan halte, bisa membuat orang kebingungan. Hampir sebulan berlalu sejak pertama kali dibuka, setiap hari masih terlihat pemandangan orang yang bertanya kepada petugas mengenai jalur tertentu yang akan dituju.
Untungnya, pihak Transjakarta tampak sigap di sini. Berbeda dengan halte reguler yang terkadang petugasnya sibuk dengan berbagai hal, atau bahkan menghilang sejenak, petugas di Simpang Temu CSW terlihat sangat sigap dan aktif membantu orang-orang yang datang. Bahkan tiap pintu masuk selalu dijaga oleh petugas yang memang sedang ramah-ramahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H