---
Suasana kabin pesawat tampak menegangkan, terlebih lampu kabin sengaja dimatikan. Getaran-getaran kecil dan besar masih saja terasa. Saya sempat berpikir bahwa getarannya bahkan lebih buruk daripada naik Kopaja di masa kejayaannya.
Entah apa yang dipikirkan oleh para penumpang saat itu. Saya sendiri berusaha tenang walaupun pikiran juga melompat-lompat ke banyak hal.
Waktu terasa berjalan lambat. Diperparah dengan suara keras seseorang di bagian depan yang sepertinya mabuk udara dan muntah-muntah.
Perasaan kami membaik ketika sekira setengah jam berikutnya, pilot kembali bersuara bahwa saat itu pesawat bersiap untuk landing. Dan beberapa menit kemudian, pilot menepati janjinya. Pesawat Garuda Indonesia yang kami tumpangi mendarat mulus di landasan Bandara Juanda Surabaya.
Spontan, tanpa ada yang mengarahkan, hampir seisi kabin bertepuk tangan dan berteriak lega. Bak reaksi penonton bioskop usai menonton film horor yang menakutkan.
Alhamdulillah, kami telah selamat mendarat setelah perjalanan yang mencekam.
Para penumpang satu per satu turun dan di antaranya terus membicarakan kejadian tersebut. Bahkan tak sedikit yang saling berpelukan dan menangis.
---
Andai saya bisa bertemu pilot, mungkin saya bakal menggenggam erat tangannya sambil mengucap banyak terima kasih.Â