Stadion Pakansari di Cibinong, Kabupaten Bogor sempat menduduki peringkat 14 stadion terbaik dunia versi Stadium Database (Stadium DB) pada tahun 2016 silam. Beranjak ke tahun 2018, tepatnya di bulan September, Stadion Pakansari menjadi saksi sejarah saat bintang Tottenham Hotspurs asal Korea Selatan, Son Heung-min membawa tim nasionalnya meraih medali emas Asian Games 2018 setelah mengalahkan Jepang 2-1.
Saat pandemi Covid-19 menyerang sejak 2020 silam, akses jalan masuk ke Stadion Pakansari ditutup sementara oleh Pemkab Bogor. Hal ini juga berimbas pada aktivitas warga yang biasanya menjadikan area tersebut untuk olahraga ringan seperti jogging dan jalan santai jadi terbatas.
Belum lagi aktivitas rekreasi, yakni sekedar cuci mata, jajan, hingga momong anak, tak lagi bisa dilakukan karena adanya PSBB hingga PPKM berlevel-level. Pedagang kaki lima pun sempat menjerit karenanya.
Namun, beberapa waktu belakangan, seiring menurunnya level PPKM, area Stadion Pakansari kembali dibuka untuk umum. Pedagang kaki lima pun kembali bersemangat berjualan, demikian pula warga masyarakat yang memang perlu rekreasi murah meriah. Area Stadion Pakansari dianggap sebagai pilihan murah meriah untuk membuat hati senang.
Minggu, 5 Desember 2021, siang, usai hujan seharian mengguyur Cibinong, saya menyempatkan diri untuk menyambangi Stadion Pakansari. Biasanya di akhir pekan, area ini memang ramai pengunjung, terutama pagi hari. Nah, karena saya datang di siang hari, maka sudah pasti pedagang kaki lima yang ada tinggal sisa-sisa, dan bahkan tampak ada yang tengah mengemasi dagangannya.
Namun, berangsur sepinya area Stadion Pakansari menyisakan pemandangan yang membuat miris. Tampak sampah-sampah berserakan. Sampah bekas kemasan makanan dan minuman dibuang atau ditinggalkan begitu saja.
Memang pemandangan itu bukan di dalam area stadion, melainkan di area di luar gerbang. Area di luar gerbang dengan ikon utama berupa tulisan raksasa "STADION PAKANSARI". Area ini seharusnya instagramable dan menjadi magnet pengunjung untuk berfoto.
Tapi, aduuuh... pemandangan sampah kemasan makanan seperti plastik sisa bungkus cilok, mangkuk styrofoam bekas tahu gejrot, dan bahkan popok bayi (hmmm).
Permisifnya Pemkab setempat yang mengakomodir para PKL hingga usaha penyewaan sepeda, mainan anak-anak dan andong, ternyata tak disertai kedisiplinan para pelaku usaha dan masyarakat pengunjungnya.
Setali tiga uang, Pemkab setempat juga seolah tidak hadir untuk mengantisipasi produksi sampah yang mengenaskan ini. Tempat sampah hanya bisa dihitung dengan jari, itu pun tidak cukup untuk menampung semuanya.
Meskipun ada papan dengan tulisan "KAWASAN BERSIH SAMPAH" disertai informasi tentang ancaman hukumannya, hal ini seolah tidak ada artinya. Mau ditulis seseram apapun ancaman hukumannya, papan tersebut tidak membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi takut.
Gimana mau takut? Kan buang sampah sembarangan itu bagi sebagian orang sudah menjadi semacam tindakan otomatis tanpa kesadaran. Lagi duduk "hahahihi" sambil minum es teh manis, setelah itu gelas plastiknya dicampakkan begitu saja, atau ditinggal tanpa dipedulikan.
Hmm, itu mantan atau sampah sih? Awalnya begitu menggoda, selanjutnya dibuang begitu saja.
Ketidakdisiplinan masyarakat saat membuang sampah patut disesalkan mengingat pengunjung yang datang ke area tersebut biasanya membawa anak-anak. Sudah pasti ini menjadi edukasi yang buruk bagi generasi mendatang. Orang tuanya saja memperlakukan sampah dengan sembarangan, tentu yang begini bisa jadi contoh bagi anaknya.
Namun, selalu menunjuk hidung masyarakat pengunjung dan petugas hanya membersihkan seluruh sampah ketika semua aktivitas di area Stadion Pakansari berhenti juga bukan langkah yang solutif. Perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap aktivitas di wilayah tersebut, termasuk pengelolaan sampah dan edukasi terhadap masyarakat pengunjung.
Ya, minimal sih sediakan lebih banyak tempat sampah di banyak titik. Kalau pengunjung dan pedagangnya masih nyampah juga, berarti memang sudah terjadi gawat darurat, termasuk dalam hal pendidikan karakter di negeri ini.
Apa nggak malu ya, andai Son Heung-min kelak tiba-tiba ingin nostalgia dengan mengunjungi Stadion Pakansari diam-diam. Lalu ia justru geleng-geleng kepala dan mengelus dada saat mau selfie di depan stadion. Malu nggak? Malu nggak sih? Malu dong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H