Permisifnya Pemkab setempat yang mengakomodir para PKL hingga usaha penyewaan sepeda, mainan anak-anak dan andong, ternyata tak disertai kedisiplinan para pelaku usaha dan masyarakat pengunjungnya.
Setali tiga uang, Pemkab setempat juga seolah tidak hadir untuk mengantisipasi produksi sampah yang mengenaskan ini. Tempat sampah hanya bisa dihitung dengan jari, itu pun tidak cukup untuk menampung semuanya.
Meskipun ada papan dengan tulisan "KAWASAN BERSIH SAMPAH" disertai informasi tentang ancaman hukumannya, hal ini seolah tidak ada artinya. Mau ditulis seseram apapun ancaman hukumannya, papan tersebut tidak membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi takut.
Gimana mau takut? Kan buang sampah sembarangan itu bagi sebagian orang sudah menjadi semacam tindakan otomatis tanpa kesadaran. Lagi duduk "hahahihi" sambil minum es teh manis, setelah itu gelas plastiknya dicampakkan begitu saja, atau ditinggal tanpa dipedulikan.
Hmm, itu mantan atau sampah sih? Awalnya begitu menggoda, selanjutnya dibuang begitu saja.
Ketidakdisiplinan masyarakat saat membuang sampah patut disesalkan mengingat pengunjung yang datang ke area tersebut biasanya membawa anak-anak. Sudah pasti ini menjadi edukasi yang buruk bagi generasi mendatang. Orang tuanya saja memperlakukan sampah dengan sembarangan, tentu yang begini bisa jadi contoh bagi anaknya.
Namun, selalu menunjuk hidung masyarakat pengunjung dan petugas hanya membersihkan seluruh sampah ketika semua aktivitas di area Stadion Pakansari berhenti juga bukan langkah yang solutif. Perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap aktivitas di wilayah tersebut, termasuk pengelolaan sampah dan edukasi terhadap masyarakat pengunjung.