Risiko kemalingan jelas menjadi pertimbangan utama bagi pemilik sepeda. Terlebih yang memiliki sepeda dengan harga selangit. Mana mau mengambil risiko dengan menaruh sepedanya di parkiran sepeda stasiun MRT atau dekat halte Transjakarta yang umumnya berada di trotoar pinggir jalan umum.
Maka tak heran dan terlihat ironis ketika ada orang yang rela memarkirkan sepedanya di fasilitas tersebut, ternyata sepedanya bisa dibilang bukanlah merek mahal dan bahkan kondisinya terkesan sebagai sepeda yang asal masih bisa digowes. Sepertinya pencuri pun malas untuk ngembat sepeda dengan kondisi tersebut.
Mungkin di pikiran si pemilik sepeda itu pun, tidak akan terlalu menyesali dan meratapi dengan tangisan tujuh hari tujuh malam andai sepedanya hilang dicuri orang. Seolah ada harga ada pula level keikhlasannya.
Kondisi terkini tempat parkir sepeda yang terintegrasi dengan transportasi massal di Jakarta, bisa dibilang belum bisa memberikan manfaat yang maksimal seperti yang diharapkan.Â
Keberadaannya tidak serta merta membuat orang berbondong-bondong menggunakan sepeda sekaligus transportasi massal untuk menuju kantor atau tempat kerjanya.
Faktanya, pekerja kantoran yang menggunakan sepeda untuk berangkat kerja, belum banyak yang menggabungkan perjalanannya dengan moda umum seperti MRT maupun Transjakarta. Mereka juga lebih memilih menyimpan sepedanya di area gedung perkantorannya yang dirasa lebih aman.
Selain faktor keamanan, salah satu kelemahan tempat parkir tersebut adalah kebanyakan tidak terdapat atap pelindung. Sehingga kalau hujan pasti bakal kehujanan, demikian pula jika panas terik.Â
Kondisi yang sudah pasti tidak ramah bagi sepeda mahal. Mungkin hanya tempat parkir sepeda di area Stasiun MRT Dukuh Atas yang memiliki atap pelindung.
Bentuk bike rack yang instagramable