Tahun ini adalah kedua kalinya perayaan HUT kemerdekaan RI dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Pun seperti tahun sebelumnya, peringatan kemerdekaan di keluarga kami dilakukan di rumah saja. Kami pun sudah sepakat bahwa hari ini semuanya memakai baju berwarna merah.
Diawali dengan menyaksikan upacara detik-detik Proklamasi melalui televisi. Betapa menyenangkan ketika anak-anak saya begitu antusias menonton dan melayangkan berbagai pertanyaan mengenai pernak-pernik acara tersebut.
"Ayah, itu berarti yang pakai baju putih masih SMA ya?" tanya si bungsu.
Berawal dari pertanyaan tersebut, maka saya menjelaskan tentang seleksi anggota Paskibraka yang melibatkan siswa-siswi SMA dari seluruh penjuru tanah air.
Selain mengedukasi anak-anak, melihat detik-detik proklamasi juga penting artinya untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap negeri.
"Eh, yuk berdiri dulu, kita hormat," ajak si kakak.
...
Selepas keseruan menonton upacara detik-detik Proklamasi, kami pun menggelar perlombaan tujuhbelasan dengan cukup dua cabang lomba, yaitu memasukkan paku dalam botol dan lomba makan kerupuk.
Cukup sederhana dan mudah dilakukan. Tinggal menggunakan botol bekas air mineral dan paku yang diikat dengan tali rafia. Peraturannya pun mudah, tali paku yang diikat di belakang pinggang harus diusahakan masuk ke dalam botol.
Itulah tantangannya, karena paku yang diikat tali kerapkali bergoyang-goyang dan susah diarahkan masuk ke dalam botol. Perlu fokus dan strategi khusus.
Kemudian untuk perlombaan makan kerupuk, tentu sudah dipahami oleh banyak orang. Siapa cepat menghabiskan kerupuk yang digantung di tali, maka dialah pemenangnya. Kesulitannya tentu saja sulit menggigit kerupuk yang melayang-layang.
Tentu saja hal ini sering bikin gemas si peserta lomba. Jika tidak kuat menahan diri bisa-bisa justru tangan ikut bermain untuk memegangi kerupuk agar stabil dan mudah dimakan.
"Eh.. eh... Tangannya mau ngapain tuh?!" inilah teriakan keseruan perlombaan hari ini.
Meskipun yang tanding cuma si kakak versus si bungsu, serta saya versus bundanya anak-anak, tapi kehebohan dan keseruannya cukup membuat seisi rumah meriah dan ceria.
Ada satu hal yang ditekankan dalam perlombaan keluarga ini, yaitu kompetitif tapi sportif. Menang atau kalah tidak masalah, yang penting tidak ada pihak yang berbuat curang.
Ternyata perlombaan di rumah ini juga selaras dengan tugas yang diberikan oleh sekolah si kakak. Jadi setiap siswa diberikan tugas membuat satu perlombaan tujuhbelasan bersama keluarganya dan siswa membuat laporan mengenainya.
Maksud dari tugas tersebut selain merayakan peringatan kemerdekaan, juga sebagai medium meningkatkan bonding antar anggota keluarga sekaligus agar anak-anak yang selama ini fokus belajar di rumah memiliki kegiatan untuk menggerakkan badannya.
Ah, betapa menyenangkan hari ini. Anak-anak bisa bergembira dan juga mendapat pembelajaran tentang cinta tanah air.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI