Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rebutan Susu Beruang, Buat Apa?

4 Juli 2021   10:43 Diperbarui: 4 Juli 2021   10:46 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susu beruang tengah viral dan dicari orang. Gara-garanya adalah beredarnya video yang memperlihatkan sekelompok orang berebutan susu beruang di sebuah pusat perbelanjaan.

Konon, susu beruang diyakini baik untuk meningkatkan daya tubuh penderita Covid-19 dan juga baik bagi yang ingin menjaga body-nya dari ancaman virus corona.

Ya, ya, ya... saya sebenarnya juga sependapat jika produk itu baik untuk kesehatan. Faktanya, saat tetangga saya melakukan isolasi mandiri (isoman) beberapa bulan lalu, salah satu support yang saya berikan padanya ya termasuk susu beruang itu.

Tapi yang jelas maksud saya waktu itu bukan karena yakin bahwa susu beruang manjur untuk menyembuhkan, bukan. Pilihan tersebut murni didasarkan pada kepraktisan, agar orang yang isoman mudah mengonsumsinya. Tinggal glek saja.

Alasan berikutnya ya karena setau saya kadar gula susu beruang lebih rendah dibandingkan banyak produk susu cair lainnya di pasaran.

Namun, ketika sekarang terjadi panic buying susu beruang, jelas bikin nggak habis thinking.

Parahnya, masih ada saja orang yang menganggap susu beruang itu benar-benar dari beruang, bukan sapi. Helooo... kalau bener, sungguh beresiko sekali proses pengambilan susu pada induk beruang. Bisa-bisa manusianya digampar si beruang, dan ujung-ujungnya masuk ICU deh.

Faktanya, susu beruang adalah susu kemasan kaleng dengan merk Bear Brand yang diproduksi Nestle. Tapi maaf ya sebelumnya, artikel ini tidak untuk mendiskreditkan ataupun mempromosikan produk tersebut. Ini murni tentang fenomena sosial yang terjadi saat ini.

Kini, stok susu beruang benar-benar entah di mana. Tadi pagi saya ke minimarket, stok susu beruangnya kosong melompong.

Menurut orang-orang, harga eceran di warung-warung kelontong, jika ada, bisa tembus berkali lipat dari harga normalnya. Setahu saya susu beruang ini kisaran harga ecerannya mulai dari Rp7.900 sampai dengan Rp10.000 per kaleng. Harga termurah itu pun kalau belinya per box kemasan khusus isi enam kaleng, seperti yang saya beli beberapa bulan lalu.

Nggak cuma produk susu beruang, minuman vitamin botolan UC-1000 juga kosong stoknya. Bahkan produk ini sempat saya cari dua minggu yang lalu dan memang sudah menghilang di pasaran. Senasib dengan susu beruang, UC-1000 juga dianggap paten untuk penderita Covid-19 dan mereka yang ingin menjaga diri dari virus corona.

Lalu apa yang dicari oleh orang-orang terhadap susu beruang dan produk-produk vitamin yang biasa dijual di pasaran? Apakah karena viral jadi mereka penasaran dan menyerbunya di pasaran? Bisa jadi sih.

Namun, mengamati video viral tentang susu beruang yang beredar di masyarakat, muncul pula prasangka-prasangka ajaib yang dilontarkan oleh netizen.

"Lagi akting mereka tuh, biar viral dan laku aja produknya."

"Itu ulah pedagang eceran, mereka sengaja beli untuk dijual lagi lebih murah."

Nah, nah... Jika muncul pendapat seperti itu, artinya justru menuding sebagian masyarakat kita masih bisa disetir dengan kehebohan sesaat. Ya, iya juga sih, tapi nggak gitu juga mestinya.

Jikapun memang terjadi penimbunan stok susu beruang yang dilakukan oknum pedagang, sudah pasti keterlaluan. Nggak berempati banget.

Oke, susu beruang memang bermanfaat untuk kesehatan. Tapi jika dikaitkan sebagai faktor utama penangkal Covid-19, entar dulu dong.

Memangnya susu lain enggak bagus untuk imunitas tubuh? Memangnya kalau rutin minum susu beruang lalu tubuh ini jadi kebal virus corona?

Sumber makanan sehat tuh macam-macam jenisnya. Telor, daging, ikan, sayuran, buah-buahan. Saya sendiri orangnya termasuk menggemari buah pisang jenis cavendish untuk menambah nutrisi tubuh. Tapi lebih baik saya nggak sebut mereknya atau justru bikin video testimoni tentang pisang tersebut, untuk menghindari viral dan panic buying. Halah...

Lagipula, apapun susunya, apapun makanannya, apapun vitaminnya, jika perilaku keseharian kita masih abai protokol kesehatan ya sama saja.

Contoh paling ironis adalah makan bersama warga se-RT dengan suguhan minuman susu beruang. Ditambah hiburannya adalah joget bareng Pak RT. Sudah pasti pas makan bareng nggak bakal pakai masker, demikian pula nggak bakal ada jaga jarak. Ya tetap saja virusnya yang bakal gembira karena ada kerumunan.

Jadi bagaimana sih baiknya mendidik masyarakat kita supaya nggak dikit-dikit panic buying? Hmm, apa mungkin ya minta tolong Cristiano Ronaldo untuk menggeser kaleng susu beruang sambil ngomong "cukup minum air putih saja".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun