Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mobile Banking Bikin Tak Lagi Dipelototi Orang yang Antre di ATM

3 Juli 2021   13:15 Diperbarui: 5 Juli 2021   21:46 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Unsplash.com/Vladimir Mun

Suatu ketika ada debat netizen di kolom komentar mengenai kelakuan orang-orang yang suka berlama-lama di depan mesin ATM. 

Seorang netizen menulis komentarnya yang rupanya cukup "mak jleb" karena seolah saya ikut tersindir.

"Suka sebel kalau ada orang masih muda tapi transaksi di ATM-nya banyak banget dan lama, bikin yang antre bete, emangnya dia nggak punya mobile banking apa? Padahal smartphone-nya aja iPhone," tulisnya.

Bukan, bukan di bagian "iPhone" yang bikin saya tersindir, lha wong smartphone saya cuma Android biasa saja yang bikinan China dan udah lecet sana-sini kok. 

Jelas yang diomongin dia bukan saya dong. Tapi di bagian "masih muda tapi transaksi di ATM-nya banyak banget" itulah yang bikin saya mikir, soalnya saya merasa masih muda. Eheem...

Kebiasaan bertransaksi banyak di ATM juga kerap saya lakukan, terutama di awal bulan. Bisa sampai lima struk keluar dari mesin ATM tiap kali saya datang. Bayar tagihan ini dan itu yang cukup menguras saldo dan air mata.

Dari yang semula sepi tanpa antrean, tahu-tahu saat saya menengok usai transaksi, sudah banyak orang yang mengantre di belakang saya.

Mungkin orang-orang yang selama ini antre di belakang saya mikirnya juga sama, yakni menganggap saya gaptek. Padahal enggak lho, saya kan udah sering belanja online, hehe.

Tapi gara-gara komentar netizen itu, dan dipicu wacana pemberlakuan tarif saat ngecek saldo di ATM Link beberapa waktu lalu (meski kini ditunda), saya pun kembali tergugah untuk menggunakan aplikasi mobile banking.

Selama ini alasan saya tidak menggunakan mobile banking adalah karena beberapa tahun lalu saat bertanya ke customer service, saya mendapat penjelasan bahwa saya tidak bisa menggunakannya karena di sistem tercatat ada dua rekening di bank yang sama atas nama saya.

Memang benar, dulu saya punya rekening di bank itu juga untuk keperluan pembayaran gaji saya di tempat kerja yang lama. Tapi saat pindah kerjaan, saya kembali dibuatkan lagi rekening baru di bank yang sama tersebut.

Namun dengan pemikiran bahwa rekening saya yang awal sudah hangus karena bertahun-tahun tidak ada transaksi, serta prasangka baik saya bahwa sistem bank di Indonesia sudah makin maju dan aplikasi mobile saat ini seharusnya sudah makin canggih dan update. Maka saya pun mencari info apakah rekening saya sekarang bisa menggunakan mobile banking.

"Bisa dong Pak, kenapa enggak?" Ealah jawaban petugas bank ini kok rada bikin kesel ya. Tapi it's okay, intinya bisa kok.

Singkat cerita, baru sejak bulan Juni lalu saya mulai menggunakan aplikasi mobile banking. Kemantapan hati saya juga didukung fakta bahwa selama ini saya tidak pernah jauh dari smartphone saya. Bukan untuk takabur, tapi saya pikir saya sudah cukup teruji untuk selalu waspada saat menyimpan dan meletakkan smartphone.

Lagipula ternyata aplikasi mobile banking tersebut bisa otomatis logout tak begitu lama begitu aplikasinya tertutup, sehingga fitur keamanannya cukup mumpuni. Saya pikir fitur seperti itu memang selalu ada untuk mobile banking dari bank apapun.

Memang di hari-hari awal setelah menginstal aplikasi mobile banking, saya seolah gatal ingin mencoba-coba fiturnya. Misal beli sesuatu pakai virtual account. Eh, ternyata bisa lho, padahal biasanya saya harus lari ke ATM untuk memakai fitur tersebut.

Kemudian isi dompet digital seperti OVO, LinkAja atau Gopay, bisa juga. Termasuk juga saat mau isi pulsa.

Namun, untungnya euforia cek ini dan itu serta coba bayar ini dan itu, hanya sebentar. Bagi saya menggunakan aplikasi mobile banking justru membuat saya jadi selalu melek dan waspada dengan jumlah saldo yang ada.

Jadi gini, saat di ATM biasanya saya malah nggak tahu (dan nggak mau tahu) isi saldo rekening saya. Alasannya daripada stres melihat angka saldo yang miris, saya pun biasanya langsung saja ke menu transfer atau bayar saat di ATM.

Tapi dengan adanya mobile banking, mau tak mau saya selalu melihat isi saldo karena cukup dengan sekali sentuh saja sudah kelihatan. Justru inilah yang membuat saya mikir beberapa kali sebelum melakukan transaksi. Mikir besok bisa makan apa nggak, hehe. Otomatis membuat saya agak ngerem melakukan pengeluaran

Manfaat lainnya yang saya rasakan adalah mudahnya ngecek mutasi rekening. Jadi andai ada uang nyasar ke rekening, saya bakal langsung tahu dan segera mengurusnya karena jika tidak justru saya yang bakal rugi.

Kejadian uang nyasar dulu sempat saya alami lho. Jadi gajinya orang malah masuk ke rekening saya. Untung saat itu saya lagi waras untuk ngecek di ATM dan beriktikad baik untuk lapor ke bank. Jika tidak, mungkin urusannya jadi tambah ribet.

Nah lain halnya jika saldo kita yang tersedot secara janggal seperti kasus-kasus yang merebak di media massa. Bisa jadi karena kini jumlah saldo di rekening selalu terpantau jumlahnya, maka andai ada kejadian berkurangnya saldo secara misterius tentu kita bakal segera tahu.

Well, kemudahan bertransaksi melalui mobile banking kini sudah saya rasakan. Awal bulan Juli ini untuk pertama kalinya saya enggak nyari-nyari lagi ATM yang antreannya sepi. Juga pastinya tak ada lagi tatapan tajam dan sinyal batuk-batuk kecil berdehem dari orang-orang yang kelamaan antre di belakang saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun