Kurangnya empati adalah salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang mudah menyalahkan korban. Mereka tidak bisa berpikir jauh andai saja kejadian tersebut menimpa dirinya, keluarganya atau orang terdekatnya.
Pada kejadian yang menimpa diri saya, mungkin tidak seberat kejadian yang menimpa korban-korban pelecehan seksual lainnya. Tapi bukan berarti bisa ditertawakan atau justru menyalahkan tindakan saya yang tidak langsung main jotos saja membuat babak belur pelaku.
Saya masih bersyukur bisa memergoki perbuatan pelaku. Coba andai tidak. Atau coba bayangkan jika orang lain yang jadi korban dan rekaman saat berada di toilet umum beredar ke mana-mana.
Menjadi korban selalu saja berat. Tidak hanya berperang dengan trauma saat kejadian. Tetapi ketika speak up justru mendapat ragam tanggapan yang kadang memperberat situasi. Padahal dengan berbicara, selain bertujuan membuat jera pelaku, korban justru sedang berusaha membantu banyak orang agar bisa belajar dari peristiwa yang dialaminya.
Itulah mengapa saya tidak malu untuk menceriterakan kejadian yang saya alami pada orang-orang. Ini adalah salah satu cara mencegah pelecehan bagi orang lain. Saya berharap semoga orang-orang yang membaca atau mendengarkan cerita saya bisa ikut mempersempit ruang gerak pelaku-pelaku pelecehan seksual seperti itu. Paling tidak, ketika berada di toilet umum selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang berada di situ.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H