Olah raga bersepeda mendadak seolah tak lagi mewakili sebuah kegiatan yang merakyat. Itu pendapat sebagian masyarakat, dan tentunya amat debatable. Tapi munculnya sebuah pendapat yang mengemuka pastinya tak lepas dari fenomena yang ada. Tak ada asap jika tak ada api.
Harus diakui, faktanya saat ini pesepeda yang meluncur di jalanan utama Jakarta tidak akan mendapat sanksi apapun. Jika kena senggol kendaraan bermotor, maka sudah pasti publik paham siapa yang akan disalahkan. Hal-hal semacam inilah yang sangat sulit masuk di akal pengguna jalan lain dengan segala latar belakangnya.
"Plat AA, aku padamu!" teriak seorang netizen.
"Terwakilkan, we stand with you mas plat AA!" ujar yang lain.
"Plat AA, I'm with you!" tulis netizen lainnya.
Mak deg rasanya. Maklumlah saya kan pernah punya motor Plat AA. Selain itu saya juga mantan pesepeda yang pernah merasakan naik panggung menerima sepeda baru hasil menang doorprize sebuah even fun bike di Temanggung.
Ah, semua itu membuat saya kangen masa lalu. Terutama saat gowes sepeda di jalur lambat di tengah kota dan jalur pedesaan yang sepi. Untungnya, dulu tidak ada acungan jari tengah ke arah saya. Hanya lambaian tangan dan senyum ramah yang saya ingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H