Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanah Abang Padat, Ternyata Lebaran Tanpa Baju Baru Lebih Menakutkan Dibandingkan Corona

2 Mei 2021   19:22 Diperbarui: 2 Mei 2021   19:29 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yaiyalah, ke mana lagi? Inilah pusat dari segala pusat perbelanjaan yang konon terbesar di Asia Tenggara. Harganya sudah terkenal miring dan so pasti produknya termasuk trend setter.

Kita mungkin bisa dapat lima pasang baju baru untuk sekeluarga di Tanah Abang. Padahal dengan budget yang sama, hanya bisa dapat dua pasang baju baru saja di mal biasa.

Akses ke Tanah Abang juga relatif mudah, apalagi dengan adanya transportasi massal KRL Commuterline dan kebetulan Stasiun Tanah Abang menjadi stasiun transit dari arah Bogor, Depok dan Tangerang, maka kawasan ini memang sangat mudah dicapai oleh segala lapisan masyarakat di Jabodetabek.

Fenomena kepadatan Tanah Abang jelas alarm bahaya bagi pemerintah dalam upaya menekan laju penularan Covid-19. Ketika mudik dilarang dan transportasi dari Jakarta ke luar Jakarta dibatasi, kepadatan di pusat-pusat perbelanjaan justru luput dari pengawasan dan pembatasan.

Ternyata orang-orang lebih takut lebaran tanpa baju baru daripada takut terhadap ganasnya virus corona. Sepertinya lebaran tak terlihat mengenakan baju baru bakal terasa memalukan. Inilah yang memaksa mereka rela berdesak-desakan meskipun sedang puasa sekalipun.

Ke mana tuh kebijakan sekian persen orang yang boleh memasuki sebuah toko? Ke mana juga razia masker yang dulu begitu galak dilakukan? Faktanya dari ratusan foto dan video tentang kepadatan manusia di Tanah Abang, banyak manusia yang abai memakainya. Ada yang lepas masker, banyak pula yang memakainya sekedar nangkring di dagu ataupun enggan menutupi bulu hidungnya.

Ke mana juga tuh janji pemerintah yang akan memberikan subsidi gratis ongkos kirim untuk mendongkrak masyarakat yang tidak mudik agar berbelanja online. Ternyata kurang bergaung dan tak terasa dampaknya bagi konsumen. Belanja online malah dianggap sebagai pilihan buruk saat menjelang lebaran saat ini.

Di kolom komentar berbagai media sosial, caci maki dan serangan justru bakal ditujukan kepada netizen yang berkomentar menyarankan agar masyarakat berbelanja online saja.

"Belanja online? Banyak penipunya! Barang datang tidak sesuai gambar. Mending beli saja di toko atau mal," tulis seorang netizen.

"Yaelah udah dekat lebaran masih belanja online? Bisa-bisa baju barunya datang setelah lebaran kelar," tulis yang lain.

Ramainya tempat-tempat perbelanjaan, karena tak hanya Tanah Abang semata ternyata, jelas ngeri-ngeri sedap. Meskipun para pedagang sudah divaksin, tapi itu bukan jaminan, dan masyarakat pembelinya sudah pasti beresiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun