Malang nian nasib babi hutan itu. Sempat menyandang predikat wah sebagai salah satu babi yang dijual secara online. Eh, ternyata itu hanya rangkaian dari ujung hidup si babi.
Akhir kisah yang terkuak, si babi ternyata sengaja dibeli oleh beberapa oknum warga untuk menyulut kehebohan tentang babi ngepet. Bahwa si babi itu direka sedemikian rupa sebagai tertuduh atas kabar hilangnya uang warga secara misterius. Pun si babi diharapkan bisa mendongkrak reputasi beberapa oknum warga itu demi kepentingan pribadi mereka.
Ah, betapa skenario macam itu terlalu dekat dengan kisah sinetron mistis di televisi.
Ujungnya, si babi pun mati sebagai kambing hitam. Ironis, dan beberapa oknum warga diringkus polisi karena dianggap menyebarkan hoaks.
Lha iya, kalau si babi itu benar-benar bisa nyuri uang, kenapa juga pas ketangkap warga tidak disertai barang bukti berupa uang yang diambil? Menangkap sesebabi tanpa adanya bukti jelas merupakan perbuatan main hakim sendiri. Si babi mestinya bisa dibela pengacara untuk hal ini.
Kisah babi ngepet di Depok ini juga menyeret seorang emak warga setempat yang sempat viral menuduh salah seorang tetangganya. Si emak ini sangat luwes menyinyiri sang tetangga yang kelihatannya ngganggur tapi duitnya banyak.
Eit, sebentar.
Ini semua ternyata gara-gara perkara duit. Si emak itu, yang ujungnya minta maaf melalui video, adalah perwakilan dari mereka yang berpandangan serupa. Kalangan ini selalu merasa terheran-heran dan resah melihat orang lain yang kelihatannya enggak ngapa-ngapain tapi seolah tak pernah kekurangan uang.
Tiba-tiba saja beli mobil. Tiba-tiba pasang wifi. Tiba-tiba bisa piknik naik pesawat.
Selalu ada orang-orang yang tak bisa memahami jenis-jenis pekerjaan yang bisa dilakukan secara work from home alias WFH. Mereka yang programmer, desainer, content creator, dropshipper dan lain-lain, masih dianggap asing dan mengada-ada kalau dibilang bisa menghasilkan banyak uang.
Atau jenis usaha "ongkang-ongkang kaki" lainnya yang lebih sederhana tapi tak pernah terdeteksi oleh tetangganya. Misal diam-diam punya kontrakan 100 pintu di daerah lain, atau punya tanah berhektar-hektar di kampung yang disewa oleh perusahaan besar.