Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mulai Uji Coba, KRL Jogja-Solo Menatap Perubahan Masyarakat

19 Januari 2021   22:07 Diperbarui: 20 Januari 2021   15:14 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beda dengan Jogja yang memiliki feeder berupa Trans Jogja dan Solo yang memiliki Batik Solo Trans, di Klaten sepertinya masih adem ayem saja mengandalkan sepeda motor. Hadirnya KRL bagi masyarakat Klaten adalah peluang emas yang tak boleh disia-siakan untuk makin meningkatkan geliat perekonomian.

Perubahan Budaya Masyarakat

Patut dinanti apakah nantinya KRL Jogja-Solo ini juga akan menyebabkan perubahan budaya bertransportasi masyarakat di kawasan tersebut. Sebut saja metode pembayaran yang serba elektronik dengan kartu multi trip, kartu bank, hingga nantinya memakai QR Code. Jelas menjadi sebuah transformasi besar mengingat di era Prameks masih butuh kertas untuk tiketnya.

Pergeseran ke arah pembayaran non tunai ini diharapkan bisa menular ke berbagai sektor lainnya. Dimulai dari terbiasa membawa kartu pembayaran elektronik ketika naik KRL, maka diharapkan masyarakat akan semakin terbiasa ketika melakukan transaksi lainnya.

Kemudian dari sisi kebiasaan penumpang. Bahkan dari sisi posisi tempat duduk yang berbeda dengan Prameks, maka kemungkinan besar penumpang pun banyak yang berdiri.

"Tidak boleh ya ada penumpang bawa kursi sendiri karena merasa tidak dapat tempat duduk, jadi tidak diperkenankan ya untuk di KRL," ujar Direktur Utama KCI Wiwik Widayanti menyinggung tentang perubahan budaya ini.

Mungkin yang dimaksud dengan membawa kursi sendiri adalah sejenis kursi lipat kecil yang dulu pun di era KRL ekonomi di Jabodetabek pernah lazim digunakan. Tapi seiring revolusi di tubuh KRL, hal semacam ini sudah dilarang, termasuk seperti duduk di lantai dan jongkok yang dianggap mengganggu penumpang lain. Intinya adalah tentang membangun sikap saling menghargai antar penumpang.

Disiplin waktu juga menjadi hal yang bakal semakin terasah ketika seseorang dihadapkan dengan jadwal KRL. Semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan KRL, maka soal kedisiplinan adalah hal yang bakal ikut terkerek dalam kesehariannya.

Menarik sekali menantikan bagaimana moda KRL akan semakin membuat kawasan Jogja-Klaten-Solo dan sekitarnya berkembang lebih pesat. Selamat bagi masyarakat yang bakal menikmatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun