Soal pakaian hilang, ketukar, sobek, selesainya lama, hasil seterikaan tidak rapi, masih bau, dan tidak tercuci dengan bersih, adalah permasalahan umum yang terjadi pada bisnis laundry kiloan. Pengusaha laundry kiloan setidaknya harus memiliki pegawai di garda depan yang juga memilki kemampuan komunikasi baik kepada pelanggan. Bukan sekedar orang yang terlatih menggunakan kalkulator untuk menghitung berat pakaian kotor dikalikan sekian ribu rupiah.
"Sebisa mungkin kalau waktu saya senggang saya sempatkan sendiri jagain di sini," ucap seorang pemilik jasa laundry langganan saya yang baru.
Ya, saya memang pernah berpindah langganan mempertimbangan pelayanan dan harga terbaik yang diberikan sebuah jasa laundry kiloan.
Nah, langkah pengusaha laundry tersebut patut juga dicontoh oleh pengusaha serupa. Jadi tidak hanya menyerahkan layanan pada pegawai tanpa pengawasan yang cukup. Hebatnya lagi, pemilik laundry yang kerap ngobrol dengan saya tersebut juga seorang pejabat di Kantor Pos. Tapi saat libur dan malam hari, pria tersebut selalu menyempatkan diri terjun langsung melayani pelanggan mendampingi pegawainya.
Usaha laundry kiloan miliknya memang tak luput dari resiko komplain. Namun, komunikasi yang baik dan sopan menjadi kunci terhadap setiap permasalahan yang muncul.
Jadi bagi para calon entreprenuer yang berminat terjun di bisnis laundry, jangan lupa bahwa usaha tersebut membutuhkan juga skill komunikasi dan layanan pelanggan yang baik. Juga tentang keramahan pelayanan, siapa sih yang mau disambut wajah jutek ketika datang ke tempat laundry? So, senyumlah dan sapa pelanggan anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H