Ada yang masih ingat hashtag #dirumahaja? Lupa ya? Atau pura-pura lupa?
Hashtag itu sempat viral di masa pandemi pada 2020 lalu. Banyak yang bangga menyematkan hashtag tersebut di media sosial, seolah merasa jadi pahlawan pandemi dengan modal rebahan dan mendekam di rumah aja.
Tapi lambat laun #dirumahaja tidak laku lagi. Basi, kata orang-orang.
Kini di awal 2021, pandemi ternyata tidak menunjukkan tanda-tanda reda. Sejumlah negara kembali mengambil jalan lockdown. Indonesia? Mungkin iya, mungkin tidak.
Masalahnya lockdown di Indonesia bakal berbenturan dengan berbagai kepentingan dan kebiasaan masyarakat yang susah dikompromikan. Sebut saja urusan perut dan dompet, itu problem terbesar. Sebagian masyarakat pasti enggan kembali mengurung di rumah karenanya.
PSBB yang selama ini diberlakukan secara berjilid-jilid nyatanya masih gitu-gitu aja. Konsep sih mungkin bagus demi pencegahan virus yang tak kasat mata ini, tapi penerapan dan kondisi lapangan berbicara lain.
Sebut saja pembatasan jam buka restoran. Di daerah saya pas PSBB restoran besar wajib tutup jam 20.00 malam, dan mulai tanggal 11 Januari besok bahkan mulai jam 19.00. Nyatanya warung kaki lima justru tak tersentuh aturan, bebas buka sampai larut malam.
Pecel lele, martabak, gorengan, roti bakar dan lain-lain masih bebas buka sampai malam. Kalau dibubarin petugas justru petugasnya yang bakal repot karena dianggap tidak memihak rakyat kecil. Ya sudah, pada akhirnya petugas yang pulang malam setelah mengawasi restoran besar malah mampir ke warung kaki lima untuk mengisi perut.
Warna zona, mau merah, oranye, hijau, juga tak ada pengaruhnya. Saya tinggal di daerah zona merah, tapi mayoritas warganya cuek, perangkat dari RT hingga Kecamatan tak terdengar aksinya. Malah yang ada bermunculan lapangan olahraga baru dari mulai bulutangkis, bola voli dan sepak bola.
"Olah raga tiap hari biar sehat," kata mereka.