Orang-orang pun mendadak kreatif. Jika tak ada dana untuk membeli wastafel, maka ember bekas atau galon bekas pun bisa disulap menjadi alat cuci tangan. Bahkan sempat viral ada rumah yang khusus menyediakan tempat cuci tangan bagi para ojek online dan kurir paket yang datang. Sungguh mulia dan mengharukan. Salut.
Senang rasanya gerakan cuci tangan menjadi membudaya. Bahkan saking membudayanya, stok sabun cair di wastafel toilet kantor saya sering habis dalam sekejap. Budaya hidup sehat ternyata butuh anggaran juga, gaes.
Tapi, seiring waktu, saya menemukan kecenderungan bahwa stok sabun cair di kantor saya tak lagi cepat habis. Ada apa gerangan? Padahal botolnya masih sama, bahkan orang yang masuk kantor bertambah banyak, sudah jarang yang WFH.
Selanjutnya, saya banyak menemukan fakta bahwa perangkat cuci tangan di depan minimarket tak lagi dipedulikan orang. Kondisinya terlihat banyak yang memprihatinkan, isinya kosong, yang ngisi air aja malas ngisi, apalagi yang cuci tangan?
Nah, protokol kesehatan memang masih ada, termasuk syarat menyediakan tempat cuci tangan bagi minimarket. Tapi ya itu, lama-lama sekedar menjadi persyaratan doang.
Tampaknya gerakan cuci tangan lambat laun mulai kembali ke habitatnya. Kalau pada dasarnya merasa ribet dan malas cuci tangan, ya pada akhirnya tetap begitu lagi. Cuci tangan tuh hanya wajib ketika tangan belepotan setelah makan pakai sambal dan lalapan. Juga wajib bagi mekanik bengkel yang usai ganti oli atau service radiator kemudian kepengen nyomot gorengan yang menggoda.
Lha kalau cuma mau masuk minimarket aja kok harus cuci tangan?
Apalagi ketika suara-suara yang meragukan keberadaan virus corona makin nyaring terdengar. Â Bahkan ada yang nyinyir kenapa orang yang positif terkena Covid-19 tidak diobati dengan minum sabun sebanyak-banyaknya supaya virusnya lenyap?
Wah, ya entahlah kalau itu. Pinternya kebangetan banget ya gaes?
Kini, seiring kerumunan manusia makin marak dan jadi hal biasa, cuci tangan pun kembali terabaikan. Apalagi bagi kalangan pemakai masker di dagu atau pemakai masker dengan gaya bak anting sebelah, digantung di telinga. Cuci tangan? Ah, ribet katanya.