Sebut saja namanya Dahlia, dua tahun lalu ia dinyatakan lulus seleksi CPNS di sebuah instansi kementerian. Namun saat pemberkasan ia diselimuti keraguan karena menyadari bahwa ia akan ditempatkan di unit kementerian yang berlokasi di Papua Barat. Sedangkan Dahlia sendiri berdomisili di Medan.
"Saya juga bingung Mas, tadinya saya ikut tes hanya iseng saja pilih penempatan Papua Barat, eh kok malah diterima. Padahal tahun-tahun kemarin saya nggak pernah lolos. Mamah saya nangis membayangkan saya bakal hidup jauh darinya, saya juga jadi makin ragu," ujarnya saat itu.
Itulah dilema. Mungkin tidak semua peserta yang lulus memiliki cerita dan dilema yang sama dengan Dahlia. Tapi jika iya, sungguh sebenarnya mundur saat sudah diterima itu justru telah merugikan negara yang menyelenggarakan tes, dan juga merugikan peserta lain yang tidak lulus gara-gara kalah bersaing dengan peserta ragu ini.
Dilema lainnya justru muncul ketika sudah diterima sebagai PNS selama beberapa tahun. Ada yang merasa tidak cocok dan kaget dengan pola kerja birokrasi, ada juga karena masalah pribadi akibat tidak bisa membagi waktu mengurusi keluarga. Akibatnya mereka ini berhenti di tengah jalan.
Sah-sah saja sebenarnya. Namun, fenomena tersebut jelas tidak membuat birokrasi pemerintahan kita menjadi sehat. Pemerintah perlu tenaga-tenaga yang siap dan bersemangat sebagai pelayan masyarakat.
Jadi sedikit saran bagi adik-adik yang dinyatakan lulus CPNS, satu langkah telah digenggam. Ini bukan semacam capaian seperti menang giveaway di medsos, tapi kalian mendapat amanah dan sangat diharapkan oleh masyarakat luas agar bisa ikut andil membawa negeri ini ke arah yang lebih baik.
Selamat bagi yang telah lulus. Bagi yang belum, ini bukan jalan akhir. CPNS bukan satu-satunya jalan untuk menjadi mapan. Masih banyak jalan dan cara untuk menjadi seseorang yang sukses dan bermanfaat. Semangat.
