Lha katanya demo memperjuangkan nasib buruh atau pekerja? Ini kenapa fasilitas yang memudahkan pekerja malah dirusak? Apa ini disebut berjuang kalau justru merepotkan sesama anggota masyarakat? Hmm, bisa jadi ini memang ulah provokator, atau justru orang bodoh yang kebablasan?
Mungkin kalian pendemo dan kalangan yang terus mendorong kalian dengan kalimat-kalimat "ayo teruslah berjuang", bakal berkilah bahwa ini semua salahnya rezim, salahnya DPR dan konco-konconya. Termasuk halte dan stasiun yang dirusak, salahnya penguasa karena bikin launching UU Cipta Kerja yang tidak sesuai selera khalayak.
Weladalah, kalau masih begitu terus pola pikirnya, ya sudah saya bisa maklum, dalam arti memaklumi bahwa yang berpikir seperti itu tuh ibaratnya seorang anak kecil yang sedang punya masalah dengan orang tuanya di rumah, eh malah ngamuk lempar-lempar piring, gelas dan lain-lain di rumahnya. Padahal kan, piring dan gelas sebenarnya buat dia juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H