Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Telat Cek Suhu, Driver Ojol Bisa Jadi Pengangguran

25 September 2020   18:17 Diperbarui: 25 September 2020   18:26 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Driver ojek online (foto: widikurniawan)

"Namanya juga lagi musibah gede gini Mas, dapat rejeki berapapun tetap harus disyukuri. Masih untung saya masih bisa ngojek, banyak orang kehilangan pekerjaan, yang punya usaha juga rugi". 

Kalimat itu meluncur dari mulut Pak Mamat, bukan nama sebenarnya, seorang driver ojek online yang mengantar saya ke rumah semalam.

Berbincang dengan Pak Mamat tentang situasi akibat pandemi Covid-19 membuat saya salut padanya. Terhadap etos kerjanya meskipun peluang meraup rejeki makin sempit.

"Belum stabil orderannya Mas, kalau pas korona begini sih lebih banyak dapat orderan food ketimbang penumpang," ujarnya.

Saya mengangguk-angguk mendengar informasi yang sebelumnya pernah saya dengar dari driver ojol lainnya. Bahkan waktu itu si abang ojol kaget karena aplikasinya nyangkut untuk membawa penumpang, bukannya orderan makanan. Saking jarangnya, bahkan dia tidak membawa helm bagi penumpang.

"Maaf Mas, saya nggak bawa helm lagi, soalnya kebiasaan dapat orderan makanan. Kalau mau pakai helm, saya pinjem ke teman dulu ya?" ucap si abang ojol waktu itu. Ada-ada saja.

Bagi ojol yang sering mangkal di Cibinong, Kabupaten Bogor, pemberlakuan kembali PSBB yang lebih ketat membuat mereka harus pintar-pintar menerapkan strategi untuk tetap lancar mendapat orderan.

Adanya pembatasan jam operasional restoran-restoran besar, termasuk yang berada di mal, hingga sampai pukul 19.00 malam, membuat para ojol bergerak ke daerah pinggiran. Sasarannya adalah warung tenda atau warung makan rumahan yang terdaftar di aplikasi dan masih nekat buka hingga malam.

"Ya memang restoran besar aja yang taat jam malam, kalau warung pinggir jalan mah didatengin petugas baru tutup, Cuman ya itu, kenyataannya petugasnya nggak ada yang datang malam-malam, hehe," cerocos Pak Mamat.

Bagi Pak Mamat, tetap narik orderan hingga malam adalah demi mengais rejeki bagi keluarganya. Bukannya ia tak menghormati pemberlakuan PSBB, tapi selagi masih ada peluang rejeki ia masih akan terus berada di jalan.

"Sampai sepi nggak ada orderan baru saya pulang Mas. Dulu sih saya narik sampai Jakarta, tapi selama korona ya sekitar sini-sini aja," ucapnya.

Protokol Kesehatan Bagi Ojek Online

Obrolan berlanjut tentang protokol kesehatan bagi para ojol. Melihat penampilan Pak Mamat yang lengkap mengenakan masker, helm half face dan sarung tangan, membuat saya penasaran menelisik lebih lanjut.

Menurutnya, masker dan sarung tangan wajib bagi pengendara ojol. Bahkan sebagai mitra aplikasi ojol, dia harus tunduk dengan peraturan ketat yang mewajibkan para driver ojol untuk datang ke tempat yang ditentukan tiap pekannya guna pengecekan suhu badan dan penyemprotan sepeda motornya.

"Ketat banget Mas, kalau telat atau malah nggak datang ngecek suhu, padahal sudah jadwalnya, bisa langsung putus mitra, nggak bisa kerja lagi kitanya ini, pengangguran deh," ucapnya.

Peraturan yang terdengar kejam. Walaupun sekedar cek suhu badan tentu tidak menjamin seseorang bebas virus korona, apalagi seminggu sekali. Tetapi setidaknya itulah yang bisa dilakukan oleh pihak aplikasi ojek online untuk melindungi konsumennya. Adanya aturan putus mitra seketika jika tidak datang juga membuat para ojol berusaha selalu menjaga kesehatannya.

Pak Mamat mengaku bahwa pandemi ini memang mengerikan, tetapi jika ia tidak bergerak dan berusaha, justru ia yang akan kalah. Ia bercerita bahwa dirinya bukan termasuk ojol yang suka nongkrong-nongkrong bergerombol hingga abai protokol kesehatan. Fokusnya hanya bekerja dan bekerja.

"Banyak juga sih yang bilang korona nggak bakalan kena sama orang-orang kecil begini. Tapi kalau saya sih sebisanya tetap ikuti protokol Mas. Saya juga kalau Masnya nggak pakai masker saya nggak mau bawa kok. Saya aja kalau pulang narik sampai rumah bisa mandi keramas sampai bersih banget, hehe," ujarnya.

"Wah, sama Pak," ujar saya.

Salut dengan Pak Mamat, setidaknya dia bukanlah orang yang menganggap pandemi hanya fantasi hasil konspirasi. Ia tahu bahwa korona ada dan Pak Mamat melawannya dengan terus bekerja sembari terus menerapkan protokol kesehatan.

Baiklah Pak Mamat, tetap semangat menjaring rejeki. Semoga pandemi ini segera berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun