Pengalaman full work from home (WFH) selama kurang lebih tiga bulan penuh sedikit banyak mempengaruhi fisik saya. Aktivitas WFH saya waktu itu kerap diwarnai duduk di depan laptop dan paling banter mondar-mandir di sekitar rumah saja karena situasi pandemi.
Hal ini jelas berbeda jauh ketika saya beraktivitas normal berangkat kerja pagi buta hingga pulang larut malam tiap harinya.
Moda transportasi andalan saya waktu itu masih KRL Commuterline yang memaksa saya bergerak lincah mengejar jadwal keberangkatan kereta. Tak jarang saya berlari di stasiun karena KRL ternyata sudah menunggu beberapa detik dan beberapa saat kemudian pintu bakal tertutup.
Dari KRL, saya masih harus berpindah moda, entah transjakarta atau MRT untuk menuju kantor. Maka tak heran jika otot kaki saya termasuk kuat karena terbiasa jalan. Sudah begitu, kebiasaan naik turun tangga di stasiun maupun di kantor makin membuat saya tak gampang lelah.
Tapi hal itu sempat buyar gegara kelamaan WFH beberapa waktu lalu. Terus terang olah raga yang saya lakukan hanya bercocok tanam di halaman depan rumah yang sempit, atau paling banter main bola plastik dengan anak-anak kecil.
So, ketika Juni lalu saya kembali bekerja di kantor, selama tiga hari pertama sungguh terasa berat rasanya. Tak lagi ada kereta yang saya kejar karena sekarang saya beralih naik bus PPD ke Jakarta. Meskipun masih ada MRT yang saya gunakan untuk nyambung menuju kantor.
Kaki-kaki saya waktu itu masih terasa kaku dan badan terasa mudah lelah. Jika betis saya dipegang, duh rasanya masih lembek. Belum terlatih lagi.
Otot kaki ternyata mengendur dan ini rasanya bikin loyo setelah seharian bekerja. Ditambah lagi keharusan memakai masker, terasa banget nafas seolah lebih pendek ketika berjalan.
Kembali bugar dengan jalan kaki dan naik turun tangga
Keadaan berangsur membaik pekan demi pekan berikutnya. Naik turun tangga dan berjalan kaki di sela-sela bekerja dan saat berpindah transportasi adalah salah satu aktivitas saya untuk menjaga badan tetap bugar.
Bagi saya aktivitas tersebut adalah solusi murah dan menyenangkan. Bagaimana tidak? Saat bekerja di kantor, saya juga kerap berada di depan komputer hingga berjam-jam lamanya. Mau tidak mau saya harus mengimbanginya dengan melakukan kegiatan fisik, dalam hal ini yang paling mudah adalah jalan kaki.
Kebanyakan duduk di depan layar komputer sambil mikir keras saat bekerja kerap berefek buruk bagi saya. Entah kepala jadi pusing, mata terasa pedih hingga pinggang dan punggung terasa pegal linu. Tipikal penyakit orang kantoran.
Sebuah kebetulan ruangan kerja saya berada di lantai dua. Meski ada opsi naik lift, saya lebih suka menggunakan tangga. Apalagi di saat pandemi sekarang yang membuat ruangan sempit seperti lift menjadi sangat berisiko.
Memang dalam kondisi fokus dengan pekerjaan, melihat anak tangga bisa bikin malas, tapi jika dipaksakan ternyata berefek positif bagi kebugaran tubuh.
Demikian juga ketika berada di stasiun MRT saat berangkat maupun pulang kerja. Meskipun menggunakan tangga berjalan, sebaiknya kaki kita tetap jalan melangkah, jangan diem-diem bae.
Ternyata tak perlu rumit dan mahal untuk menghindari efek buruk kebanyakan duduk dan jarang gerak. Cukup sering-sering jalan kaki dan jika ketemu tangga anggaplah tantangan yang perlu ditaklukkan. Jangan menyerah duluan melihat anak tangga, kawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H