Ketika tiba pada pelaksanaannya, saya pun harus menghadapi petugas medis yang lengkap mengenakan APD. Saya diminta duduk dengan rileks di kursi yang disediakan.
Petugas menanyakan nama saya sambil melihat fotokopi KTP saya. Ia kemudian menuliskan nama saya di botol kecil kemasan alat swab. Proses itu benar-benar saya perhatikan dengan teliti, jangan sampai dia salah menuliskan nama yang seharusnya "Widi" kok malah jadi "Bakrie", misalnya. Kan, repot nanti hasilnya jika sampai tertukar.
Selanjutnya petugas medis menghampiri saya dan meminta untuk membuka mulut dan mengucapkan "Aaaaa...!" Ini untuk memudahkan petugas mengambil sampel di tenggorokan saya.
Usai tenggorokan, saya diminta untuk menengadahkan kepala agar petugas bisa mengambil sampel dari hidung. Sepertinya inilah yang banyak ditakutkan orang-orang karena konon terasa sakit dan bikin mata menangis.Â
Tapi setelah mengalaminya sendiri, saya justru merasa lega karena bayangan menakutkan saat swab tidak terbukti. Nyeri dikit masih wajar lah, tapi cepat hilang kok. Justru menurut saya lebih nyelekit saat pengambilan darah rapid test.
Dua hari kemudian saya baru bisa mengetahui hasilnya bahwa swab test saya negatif. Alhamdulillah, lega rasanya. Berarti protokol kesehatan yang selama ini saya jalankan sudah benar.
Tapi setelah itu apakah saya harus merasa bebas dan berleha-leha? Apakah saya harus kendur menerapkan protokol kesehatan?
No way. Hasil swab negatif bukan berarti corona enggan mengintai kita. Kita bahkan tidak tahu beberapa menit atau beberapa jam usai swab test apakah protokol kesehatan yang kita lakukan masih kokoh melindungi diri atau justru kebobolan karena lengah sesaat.
Pastinya, pengalaman ini justru membuat saya merasa yakin bahwa virus corona memang nyata dan ancamannya bukan main-main.
Jika anda termasuk golongan apatis yang merasa bosan dan muak dengan berita tentang corona, silakan saja.Â
Saya hanya menyampaikan pengalaman saya ketika menjalani swab, dan itu sepertinya tidak mungkin dilakukan massal di kantor saya jika belum ada korban yang terkena.