Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Gara-gara Pandemi, TK dan PAUD Terancam Bangkrut?

20 Juni 2020   11:28 Diperbarui: 20 Juni 2020   13:38 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum jelasnya keberlanjutan sekolah saat pandemi Covid-19 menyisakan kegalauan orang tua dan kalangan pendidik. Hal ini juga berlaku di level taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD).

Kini, di tengah ketidakpastian, banyak orangtua merasa harus menunda dulu keinginan untuk mendaftarkan anaknya ke PAUD atau yang juga kerap disebut sebagai play group. 

Demikian pula mereka yang memiliki anak PAUD dan sebenarnya ingin melanjutkan ke jenjang TK, terpaksa berpikir ulang dengan pilihan alternatif menerapkan homeschooling bagi anaknya daripada sama sekali tidak pernah juga datang ke sekolahan.

Berbeda dengan tingkat sekolah dasar (SD), pada jenjang TK dan PAUD anak-anak memang belum dibebani dengan kemampuan baca, tulis, dan hitung yang ribet (seharusnya sih...). Mengasah keterampilan motorik dan bermain adalah hal utama yang ditekankan pada anak-anak.

Maka tidak heran jika sebagian orang tua merasa mampu untuk mengambil alih peran guru di rumah dengan menerapkan kurikulum TK dan PAUD seperti mengajarkan mewarnai, menggambar, bernyanyi, berkebun, bermain dan lain-lain.

"Mendaftar TK tapi kenyataannya cuma diajari nyanyi dan dikasih tugas mewarnai secara online lewat WA kan tidak efektif dan buang-buang uang, lebih baik anak saya di rumah dulu fokus belajar sama saya, uang bulanan bisa buat beli buku anak-anak dan cari bahan pelajaran di internet," demikian curhat salah satu orangtua yang berencana tidak mendaftarkan anaknya ke jenjang TK selepas PAUD pada bulan ini.

Bagi orang tua yang berpikir untuk banting setir ke metode homeschooling, alasan mendasar selain biaya adalah kewaspadaan terhadap pandemi Covid-19 yang entah sampai kapan berakhir. 

Melepas anak-anaknya ke sekolah, andai sudah dinyatakan aman dan diterapkan protokol kesehatan yang ketat, bagi sebagian orangtua masih saja menimbulkan kekhawatiran.

Protokol kesehatan seketat apapun kuncinya adalah disiplin penerapan di lapangan. Masalahnya saat ini ketika berbagai tempat seperti perkantoran, mal, dan tempat-tempat umum lainnya mengklaim bahwa sudah ada protokol kesehatan, tetapi faktanya berbicara lain. 

Manusia itu sendiri yang melanggar dan tidak waspada, kerap abai saat berinteraksi dengan orang lain karena merasa tidak akan terjadi apa-apa ketika melakukannya dengan kawan sendiri yang sudah akrab. Salaman, bercanda tanpa masker, lupa cuci tangan, berbagi makanan dan sebagainya masih saja dilakukan.

So, bagaimana jika situasi tersebut juga terjadi di sekolahan pada jenjang TK dan PAUD? Apalagi anak-anak usia di jenjang itu masih belum mengerti sepenuhnya untuk menerapkan protokol kesehatan pencegahan corona.

Bagaimana pula dengan pemakaian toilet sekolah yang sangat sulit terjamin untuk tidak menjadi tempat paling rawan terhadap penularan penyakit? Padahal anak-anak TK dan PAUD mayoritas masih harus dibantu oleh gurunya saat harus ke toilet.

Hanya saja rencana sebagian orang tua yang menyatakan bakal tidak lagi memasukkan anaknya ke TK atau PAUD, berbenturan dengan nasib penyelenggara pendidikan TK dan PAUD. 

Mereka ini jumlahnya banyak dan tersebar hingga tingkat desa/kelurahan serta RW. Jika belum ada lampu hijau untuk menerapkan pendidikan tatap muka, tentu saja akan mengancam keberlangsungan hidup TK dan PAUD.

Ini saya bicara tentang TK dan PAUD pada umumnya ya, bukan level atas yang uang bulanan saja bisa belasan juta rupiah dan memiliki murid dari kalangan anak pesohor, selebritis, dan pejabat tinggi.

TK dan PAUD di lingkungan sekitar tempat tinggal saya di Kabupaten Bogor misalnya. Banyak di antara mereka yang memiliki lahan hanya secuil untuk pembelajaran di halaman rumah pemilik yayasannya saja. 

Anak didiknya juga berasal dari beragam kalangan, bisa jadi anak asisten rumah tangga, buruh kasar, ojek, pedagang kaki lima dan sebagainya.

Jangankan untuk uang sekolah di masa tahun ajaran baru, gara-gara pandemi yang menghantam perekonomian masyarakat membuat banyak orangtua masih menunggak biaya-biaya sekolah di bulan-bulan kemarin. 

Berarti untuk kalangan ini homeschooling bahkan bukan suatu pilihan, karena bayang-bayang keluar sekolah akibat tidak ada biaya lagi menjadi satu keadaan yang sudah ada di depan mata.

Ya, anak-anak itu terancam hanya berdiam diri di rumah tanpa pengawasan karena kedua orangtuanya harus bekerja di luar demi sesuap nasi.

"Ini saya pusing karena belum ada pendaftar baru untuk PAUD, sedangkan TK banyak yang bilang mau mundur. Padahal guru-guru juga harus digaji," keluh seorang kepala sekolah sekaligus pemilik yayasan TK dan PAUD.

Rentetan sebab akibat yang memang memusingkan. Guru TK dan PAUD di lingkungan tempat tinggal saya, selama ini bahkan digaji tidak sampai separuh dari UMR.

Para guru yang selama pandemi dirempongkan dengan sistem pembelajaran online tetapi sulit menerapkannya karena tidak semua keluarga memiliki fasilitas yang mendukung. 

Smartphone dan WA mungkin ada, tapi kuota data yang kerap tiada. Alhasil banyak guru TK dan PAUD terpaksa harus berkunjung dari rumah ke rumah muridnya untuk menyampaikan tugas seperti mewarnai, keterampilan dan menggambar.

Demikianlah kondisinya, mungkin solusinya hanya satu, tapi sangat berat, yaitu ditemukannya vaksin corona hingga kondisi berangsur membaik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun