Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Pemotor Gunakan Jaket Ojol untuk Akali Aturan Ganjil Genap?

7 Juni 2020   08:46 Diperbarui: 7 Juni 2020   09:01 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepeda motor bakal dikenakan aturan ganjil genap, kecuali untuk ojek online (ojol). Aturan ini akan diberlakukan setelah Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 51 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Masa Transisi Menuju Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif. Melalui Pergub tersebut selain mobil, rekayasa ganjil-genap juga berlaku untuk sepeda motor.

Keruan saja aturan ini menimbulkan reaksi dari masyarakat dan sejumlah pengamat. Pemberlakukan ganjil genap untuk sepeda motor dinilai kurang bijak di tengah kewaspadaan pencegahan virus corona. Aturan ini bukannya membuat masyarakat menahan diri untuk bepergian, tetapi justru bakal mencari beragam cara lain untuk bisa mengakali aturan.

Kesiapan transportasi umum juga menjadi salah satu yang disorot. Bagi mereka para pekerja yang terkena dampak ganjil genap tentu sebagian akan beralih ke transportasi umum, padahal di masa PSBB transisi ada banyak protokol ketat yang menyertainya, termasuk pengurangan kapasitas penumpang sebanyak 50%.

Pengguna setia transportasi massal juga ikut-ikutan terdampak akibat aturan ganjil genap sepeda motor. Limpahan pengguna sepeda motor inilah yang diprediksi bisa memicu penumpukan dan antrean panjang transportasi massal seperti transjakarta dan MRT.

Kekhawatiran tersebut sangat beralasan mengingat saat ini hampir semua perusahaan dan instansi mulai mewajibkan karyawannya untuk kembali bekerja di tempat kerja, bukan di rumah lagi. Bahkan melihat situasi pada Jumat, 5 Juni 2020 lalu, jalanan Jakarta kembali macet dan beragam transportasi massal sudah mulai dipenuhi penumpang.

Di satu sisi, aturan tersebut seolah juga mendorong penggunaan sepeda dan pejalan kaki. Dalam Pasal 21 disebutkan:

"Selama masa transisi untuk semua ruas jalan diutamakan bagi pejalan kaki dan pengguna transportasi sepeda sebagai sarana mobilitas penduduk sehari-hari untuk jarak yang mudah dijangkau."

Kesannya ideal, tetapi pada kenyataannya tidak mengakomodir pengguna sepeda motor yang menglaju dari daerah Bodetabek. Padahal jumlah mereka sangat signifikan banyaknya. Kan tidak mungkin juga naik sepeda dari Bogor ke Jakarta untuk pergi bekerja. Bukannya sehat tapi malah kena penyakit pernafasan gara-gara kebanyakan menghirup asap knalpot.

Pengecualian ganjil genap terhadap ojol atau yang disebut sebagai angkutan roda dua berbasis aplikasi, juga menimbulkan celah. Pertama, karena ojol sudah diberi lampu hijau untuk kembali mengangkut penumpang per tanggal 8 Juni 2020. Agak sedikit aneh karena di satu sisi masyarakat umum dibatasi pergerakannya, tetapi karena kembalinya ojol maka pergerakan manusia sepertinya tidak akan terbatasi.

Celah kedua adalah karena masyarakat kita memang sangat kreatif mengakali aturan. Dengan adanya pengecualian terhadap ojol, sepertinya bakal membuat pedagang jaket dan helm berlogo perusahaan aplikasi seperti Gojek dan Grab bakal kebanjiran pembeli.

Ya, buat apa repot-repot berpindah transportasi atau jalan kaki kalau dengan modal kurang lebih seratus ribu rupiah untuk membeli jaket sudah bisa menyamar jadi ojol? Sudah menjadi rahasia umum jika produk atribut ojek online sangat banyak bertebaran di marketplace.

Jumlah sepeda motor yang banyak akan menyulitkan penindakan (foto: widikurniawan)
Jumlah sepeda motor yang banyak akan menyulitkan penindakan (foto: widikurniawan)
Polisi lalu lintas di lapangan pun bakal kerepotan melakukan pengawasan dan penindakan. Plat nomor sepeda motor ukurannya lebih kecil daripada plat nomor mobil. Jumlahnya pun sangat banyak memenuhi jalanan. Mau ngecek satu-satu pemotor yang memakai jaket warna ijo-ijo pastinya bakal menguras tenaga.

Patut dipahami bahwa munculnya aturan tersebut niatnya memang baik, terutama dalam semangat memerangi penyebaran virus corona yang belum tuntas. Namun, membuat peraturan semestinya tidak menimbulkan kesan buru-buru tanpa menggunakan kacamata atau sudut pandang masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun