Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Lebaran di Zona Merah

24 Mei 2020   12:30 Diperbarui: 24 Mei 2020   15:40 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa warga menuju masjid untuk melaksanakan shalat Ied (foto: widikurniawan)

Takbir berkumandang sejak Subuh pada Minggu, 24 Mei 2020. Hari ini tepat 1 Syawal 1441 Hijriyah, Idul Fitri sudah datang menyapa, menyampaikan selamat tinggal pada Ramadan.

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini saya tidak mudik. Daerah tempat tinggal saya di daerah Bojonggede, Kabupaten Bogor termasuk zona merah dan masih diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal ini yang membuat pertimbangan saya dan keluarga untuk tidak melaksanakan shalat Ied di masjid.

Namun, suara takbir yang terus mengalun sungguh membuat hati bergetar. Sekitar pukul 05.40 WIB saya pun memutuskan untuk menelusuri jalanan di sekitar tempat tinggal saya menggunakan sepeda motor dan tak lupa memakai alat pelindung diri berupa masker.

Hampir semua toko dan warung yang biasanya pagi hari sudah bersiap buka, kali ini tampak tertutup rapat. Di jalan raya Pemda Cibinong, suasana lengang sangat terasa, hampir tak ada kendaraan yang melintas. Bahkan di sebuah posko check point PSBB hanya tampak sebuah mobil patroli dan terlihat tidak ada aktivitas.

Suasana lengang di posko check point PSBB di Jalan Pemda, Kabupaten Bogor, Minggu, 24 Mei 2020 pagi (foto: widikurniawan)
Suasana lengang di posko check point PSBB di Jalan Pemda, Kabupaten Bogor, Minggu, 24 Mei 2020 pagi (foto: widikurniawan)
Hanya di jalanan perkampungan yang terlihat ada beberapa orang yang mulai keluar dari rumah masing-masing. Mereka berpakaian rapi dan bersih menandakan akan menuju masjid.

Ya, beberapa masjid di dekat lingkungan kami masih tetap menggelar shalat Ied berjamaah. Tentu bukan pada tempatnya jika saya harus mendebat mereka. Semua kembali pada niat masing-masing.

Pemandangan ini sebenarnya membuat benak saya campur aduk, antara keinginan untuk berjalan bersama mereka, tetapi kesadaran diri mewaspadai pandemi Covid-19 membuat saya memendam keinginan tersebut dalam-dalam.

Beberapa warga menuju masjid untuk melaksanakan shalat Ied (foto: widikurniawan)
Beberapa warga menuju masjid untuk melaksanakan shalat Ied (foto: widikurniawan)
---

Kembali ke rumah, kami sekeluarga bersiap diri untuk segera melaksanakan shalat Ied berjamaah di rumah saja. Sungguh menjadi pengalaman yang tak terlupakan, bahkan tak pernah terbayangkan sebelumnya jika saya kali ini punya kesempatan menjadi imam shalat Ied, meskipun dengan keluarga sendiri.

Usai shalat Ied, tentu saja kami memulai proses saling maaf memaafkan. Ada setitik haru menyeruak dengan suasana lebaran yang benar-benar berbeda kali ini. Kami saling berpelukan, saling menyadari kesalahan masing-masing dan bertekad mulai membuka lembaran baru.

Memang tak ada baju baru kali ini, tak banyak pula kue kering di meja. Hanya setoples kue nastar pemberian tetangga dan setoples rengginang yang baru semalam saya goreng.

Alhamdulillah, bagaimanapun harus tetap disyukuri.

---

Silaturahmi dengan tetangga dekat kami tetap berlangsung meskipun harus dengan saling mengingatkan untuk tidak bersalaman dengan bersentuhan langsung dan tetap menjaga jarak aman. Kami melakukannya di depan rumah masing-masing, dan tak ada yang berkunjung masuk ke dalam rumah.

Pastinya tidak semua orang bisa menerimanya, meski dalam hati. Tapi sikap kami yang menjaga jarak semoga bisa dipahami sebagai ikhtiar bersama melawan pandemi ini.

---

Silaturahmi online dengan orang tua (foto: widikurniawan)
Silaturahmi online dengan orang tua (foto: widikurniawan)
Silaturahmi dengan keluarga besar pun kami lakukan secara online menggunakan fasilitas video call. Ada haru sekaligus lucu ketika menjalani silaturahmi semacam ini.

Bahkan dengan mertua saya yang hanya berjarak tempuh sekitar 45 menit saja, tak ada pertemuan fisik bagi kami. Telah jauh-jauh hari sebelumnya kami ikhlaskan momen lebaran ini hanya dengan saling memaafkan secara online.

Pun dengan orang tua kandung saya di Temanggung, Jawa Tengah. Terasa berbeda ketika di layar smartphone saya melihat mereka berdua berada dalam kesepian saat lebaran. Padahal biasanya meskipun saya tidak mudik, selalu saja ada keramaian khas lebaran ketika saudara-saudara dekat dan tetangga-tetangga berkunjung untuk bersilaturahmi.

"Sudah ada edaran Bupati kalau mulai hari ini selama tiga hari tidak boleh ada yang bebas keluar rumah kalau ndak ada keperluan jelas. Semuanya pada manut, ikut kata Bupati, pokoknya sampai di tiap RT ditutup ndak bisa bebas keluar masuk," ucap Ibu saya.

"Di lingkungan sini juga anak-anaknya yang merantau ndak ada yang mudik, benar-benar sepi di luar," lanjutnya.

---

Meski dalam suasana yang berbeda, Idul Fitri kali ini tetap harus dipandang sebagai momen yang istimewa. Justru dengan segala suasana yang berbeda ini, menjadikan Idul Fitri tahun ini terasa mengesankan dan bakal teringat sampai kapanpun.

Lebaran di rumah saja dan bersilaturahmi dengan aman (foto: widikurniawan)
Lebaran di rumah saja dan bersilaturahmi dengan aman (foto: widikurniawan)
Idul Fitri tahun ini menjadi satu-satunya sejauh ini yang mampu memaksa kami tidak jor-joran merayakannya. Tak ada segala hal baru yang dibelanjakan, tak ada pula niat diri untuk merasa lebih wah ketika bertemu sanak saudara atau orang-orang lain.

Semoga Idul Fitri ini memang benar-benar membuat kami kembali fitri atau kembali suci.

Selamat Idul Fitri 1441 Hijriyah, mohon maaf lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun