"Sudah, ndak usah ke sini lebaran, ngeri ah kalau ke mana-mana," ujarnya.
Ucapannya senada dengan ibu kandung saya yang tinggal di Temanggung. Jauh-jauh hari sudah meminta saya dan keluarga untuk tidak mudik. Bahkan secara berkala ibu saya mengabarkan situasi di kampung halaman bahwa pendatang atau pemudik tidak akan leluasa masuk karena selalu diawasi. Pertama di perbatasan daerah, berikutnya bahkan di gerbang RT sudah ditutup aksesnya.
"Kalau mau ke masjid juga dibatasi khusus warga setempat, pendatang ndak boleh. Ya percuma misal mudik ke sini tetap ndak bisa sholat Jumat dan sholat Ied juga," kata ibu saya.
Bagaimanapun saya harus mendengarkan kata ibu saya. Tapi sebenarnya alasanya tidak mudik adalah karena kami saling peduli satu sama lain. Virus corona tak bisa kita lihat dengan mata telanjang dan mungkin saja kita merasa sehat tapi malah ditumpangi virus laknat tersebut saat di perjalanan.
Perjalanan jauh mudik tentu harus melewati bandara, terminal, stasiun atau akses jalan tol jika menggunakan kendaraan pribadi. Tentu saja ada kemungkinan kita menggunakan fasilitas umum secara bersama macam toilet umum, mampir ke rumah makan dan sebagainya. Tempat-tempat seperti itulah yang sangat rawan menjadi sarang virus jika digunakan oleh banyak orang dari berbagai daerah.
Inilah yang kemungkinan menjadi penyebab beberapa kejadian orang merasa sehat dan baik-baik saja sebelum berangkat mudik, eh sampai di kampung halaman saat dites malah positif. Ya kali mereka punya alat "pintu ke mana saja" milik Doraemon sehingga nggak perlu mampir ke mana-mana saat mudik.
Tidak mudik saat lebaran bukanlah hal yang perlu ditangisi apalagi diratapi. Cemen ah kalau gitu doang mewek.
Ingat, setiap tahunnya sebenarnya banyak sekali saudara-saudara kita yang bahkan tidak pernah mengenal  mudik dan berlebaran bersama keluarga tercinta. Mereka adalah orang-orang yang berprofesi di garda depan pelayanan, seperti polisi, tentara, petugas perhubungan, sopir angkutan umum antar kota antar provinsi, masinis dan pekerja di stasiun, para pekerja di bandara, para tenaga medis, jurnalis dan pekerja di perusahaan media, petugas PLN yang memastikan listrik tidak padam saat lebaran, karyawan toko ritel, dan masih banyak lagi.
Jadi persoalan tidak mudik tuh sebenarnya biasa saja dan wajar. Banyak orang sudah terbiasa tidak mudik. Terlebih lagi bagi penduduk asli yang memang tidak merantau, memangnya mau mudik ke mana bos?
So, lebih baik tahun ini kita bulatkan tekad untuk #JanganMudikDulu. Tunjukkan empati kita khususnya kepada para tenaga medis yang masih harus berjuang mengobati mereka yang terkena Covid-19. Tunjukkan rasa sayang kita pada keluarga dan orang tua di kampung halaman dengan tidak mudik. #JanganMudikDulu atau menyesal kemudian.